Luas lahan yang dimiliki petani asli Papua asal Keerom sangat luas, namun penduduknya tidak berupaya mengelolanya secara maksimal untuk usahatani. Hal ini dipengahuhi oleh budaya meramu hasil hutan dan berburu hewan liar dalam memenuhi kebutuhan hidup. Interaksi pada lingkungan alam tersebut menunjukkan tingkat ketergantungan petani pada lingkungan alam masih tinggi. Penelitian ini bertujuan menganalisis ekologi dan budaya petani asli Papua dalam pengelolaan sumberdaya lahan (SDL) di wilayah Kabupaten Keerom. Metode penelitian ini dimulai dengan menganalisis peta bentuk lahan, peta kesesuaian lahan, dan peta zone agroekologi digital, diikuti survei lapangan untuk pengambilan data fisik wilayah.Metode studi kasus dilakukan melalui pendekatan analisis interaktif Miles dan Huberman untuk menganalisis aspek kebiasaan hidup yang bertujuan mengungkapkan aktivitas budaya (adat). Wawancara dan Focus Group Discution (FGD) untuk mendapatkan data sosial budaya. Hasil penelitian menunjukkan penduduk keerom cenderung memilih dataran aluvial sebagai lokasi permukiman karena bentuk lahan ini sangat kaya potensi bahan pangan. Petani asli Papua asal Keerom terbiasa dengan pola ambil, petik dan konsumsi atau jual, dibanding tanam, rawat, petik dan jual. Komoditas pertanian yang ditanam petani asli Papua adalah komoditas yang telah dipahami tahan terhadap serangan hama dan minim risiko gagal panen, yaitu: keladi, ubijalar, singkong dan pisang, tapi dalam jumlah terbatas karena lebih diutamakan untuk konsumsi sendiri. Faktor modal sosial yang kuat dalam kehidupan penduduk tidak hanya terbatas pada pemberian bahan pangan kepada kerabat, tetapi ikut berpartisipasi dalam budaya bayar adat, denda adat, dan bayar maskawin, sehingga perolehan pendapatan tidak dijadikan untuk modal usahatani.