Search

Adiksi rokok adalah kondisi Ketika individu tidak bisa lepas dari kebiasaan merokok. Kondisi ini mengakibatkan individu terus bergantung dengan rokok, meskipun mengetahui efek negatifnya bagi kesehatan, keuangan, sosial, dan lain-lain. Penelitian ini berfokus pada perokok aktif yang sedang berupaya untuk berhenti merokok selama beberapa waktu guna mengetahui dinamika yang terjadi pada perokok aktif dewasa awal dan mengetahui cara yang paling efektif untuk berhenti dari kebiasaan merokok. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teknik purposive sampling untuk menentukan partisipan. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 4 orang dengan teknik pengumpulan data wawancara dan self report. Hasil pada penelitian ini menunjukan adanya 3 siklus besar bagi individu yang ingin keluar dari adiksi rokok. Siklus pertama merupakan pemicu berhenti merokok yang bersumber dari internal maupun eksternal, siklus kedua adalah proses berhenti merokok yang mana individu akan menemukan cara berhenti dan dihadapkan pada hambatan-hambatan yang juga berasal internal dan eksternal, siklus ketiga adalah hasil usaha yang terbagi menjadi 3 hasil yaitu menggunakan alternatif pengganti rokok, proses transisi, dan aktif merokok. Pada prosesnya dalam berhenti individu akan melewati 3 siklus ini yang memiliki hambatan yang berbeda-beda.

Resiliensi akademik merupakan kemampuan yang dimiliki individu untuk mempertahankan diri dalam menghadapi tekanan maupun permasalahan akademik. Remaja yang sedang berada dalam fase storm and stress dapat memunculkan rasa tertekan ketika dihadapkan dengan permasalahan akademik sehingga rentan untuk mengalami stress, depresi, ataupun bunuh diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode cooperative learning pada pembelajaran remaja dalam meningkatkan resiliensi akademik. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah quasi-experiment (one-group pretest-posttest design) dengan purposive sampling dalam pemilihan partisipan. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 14 orang remaja, usia 12-17 tahun yang berada dibawah naungan WVI (Wahana Visi Indonesia). Dalam penelitian ini, pengambilan data dilakukan menggunakan skala resiliensi akademik ARS-30 (Academic Resilience Scale). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa metode cooperative learning tidak signifikan dalam meningkatkan resiliensi akademik dengan hasil p=0,475 ( p>0,05)

Objective and methods In order to assess the efficacy of brentuximab vedotin (Bv) in combination with bendamustine (B) in multiple relapsed or refractory (RR) classic Hodgkin lymphoma (cHL), medical records of 47 patients treated with BvB in second relapse or beyond were reviewed. Results The median number of previous treatments was 2 (1-4). Bv was given at 1.8 mg/kg on day 1 and bendamustine at 90 mg/m2 on days 1 and 2 of a 21-day cycle. The median number of BvB cycles was 4 (2-7), and all patients were evaluable for efficacy. The CR and OR rates were 49% and 79%, respectively; 67% of responding patients and 2 in stable disease proceeded to a SCT procedure. After a median follow-up of 19 months (5-47), median PFS was 18 months (95%CI: 23-29), and the 2-year OS was 72%. Significantly longer PFS and OS were observed in patients attaining a major clinical response to treatment and in those who received consolidation with SCT. Fifteen (32%) patients experienced severe (G > 2) toxicity. The main toxicities were neutropenia (23%), gastrointestinal (10%), peripheral sensory neuropathy (11%), and infection (4%). Conclusion Our real-world results suggest that BvB is an effective third-line rescue and bridge-to-transplant regimen for RR-cHL patients.

// Alessandra Romano 1 , Nunziatina Laura Parrinello 1 , Calogero Vetro 1 , Daniele Tibullo 1 , Cesarina Giallongo 1 , Piera La Cava 1 , Annalisa Chiarenza 1 , Giovanna Motta 1 , Anastasia L. Caruso 1 , Loredana Villari 2 , Claudio Tripodo 3 , Sebastiano Cosentino 4 , Massimo Ippolito 4 , Ugo Consoli 5 , Andrea Gallamini 6 , Stefano Pileri 7 , Francesco Di Raimondo 1 1 Division of Hematology, AOU “Policlinico - Vittorio Emanuele”, University of Catania, Catania, Italy 2 Division of Pathology, AOU “Policlinico - Vittorio Emanuele”, Catania, Italy 3 Tumor Immunology Unit, Department of Health Science, University of Palermo, Palermo, Italy 4 Nuclear Medicine Center, Azienda Ospedaliera Cannizzaro, Catania, Italy 5 Division of Hematology, ARNAS Garibaldi, Catania, Italy 6 Research, Innovation and Statistics Department. A. Lacassagne Cancer Centre, Nice, France 7 Unita di Diagnosi Emolinfopatologica, IEO, Milano, Italy Correspondence to: Alessandra Romano, email: sandrina.romano@gmail.com Francesco Di Raimondo, email: diraimon@unict.it Keywords: Arginase-1, Hodgkin lymphoma, PET-2 Received: June 30, 2016 Accepted: September 05, 2016 Published: September 14, 2016 ABSTRACT Purpose: Neutrophilia is hallmark of classic Hodgkin Lymphoma (cHL), but its precise characterization remains elusive. We aimed at investigating the immunosuppressive role of high-density neutrophils in HL. Experimental design: First, N-HL function was evaluated in vitro , showing increased arginase (Arg-1) expression and activity compared to healthy subjects. Second, we measured serum level of Arg-1 (s-Arg-1) by ELISA in two independent, training ( N = 40) and validation ( N = 78) sets. Results: s-Arg-1 was higher in patients with advanced stage ( p = 0.045), B-symptoms ( p = 0.0048) and a positive FDG-PET scan after two cycles of chemotherapy (PET-2, p = 0.012). Baseline levels of s-Arg-1 > 200 ng/mL resulted in 92% sensitivity and 56% specificity to predict a positive PET-2. Patients showing s-Arg-1 levels > 200 ng/mL had a shorter progression free survival (PFS). In multivariate analysis, PET-2 and s-Arg-1 at diagnosis were the only statistically significant prognostic variables related to PFS (respectively p = 0.0004 and p = 0.012). Moving from PET-2 status and s-Arg-1 level we constructed a prognostic score to predict long-term treatment outcome: low s-Arg-1 and negative PET-2 scan (score 0, N = 63), with a 3-Y PFS of 89.5%; either positive PET-2 or high s-Arg-1 (score 1, N = 46) with 3-Y PFS of 67.6%, and both positive markers (score 2, N = 9) with a 3-Y PFS of 37% ( p = 0.0004). Conclusions: We conclude that N-HL are immunosuppressive through increased Arg-1 expression, a novel potential biomarker for HL prognosis.