Kajian ini bertujuan mengungkapkan kaitan antara posmodernisme, sastra populer, dan siber sastra. Dengan pemahaman posmodernisme sebagai pergerakan budaya, sastra populer sebagai sastra pelarian, dan siber sastra sebagai konsekuensi atas pergeseran produksi sastra yang memanfaatkan internet, kajian ini merelevansikan asumsi bahwa ketiganya memiliki kaitan yang cukup erat. Pendekatan kajian ini adalah fenomenologis dengan teknik analisis deskriptif. Posmodernisme menghasilkan pergeseran pola pikir terpusat menjadi tersebar sehingga batas antara yang adiluhung dengan yang populer menjadi kabur ditambah lagi dengan fenomena media sosial yang menghadirkan interaktivitas penulis-pembaca sebagai pola baru kesusastraan, seperti pemanfaatan media sosial (facebook, twitter, wattpad, dan lain sebagainya) yang mampu menawarkan intimasi antara penulis dengan pembaca serta bagaimana wacana kebebasan menulis menjadi hal yang realistis lagi tanpa perlu kompetisi ketat yang penuh dengan kekuasaan dan legitimasi. Tentu saja, interaktivitas penulis-pembaca tersebut merupakan hal yang sulit terwujud dalam produksi sastra yang konvensional (versi cetak). Kata kunci: Posmodernisme, sastra popular, siber sastra, interaktivitas This study aims to reveal the relation among postmodernism, pop literature, and cyber literature. By the understanding of postmodernism as a cultural movement, popular literature as escape literature, and cyber literature as a consequence of the shift in literary production that utilizes the internet technology, this study revives an assumption that the three have a fairly close relationship. The approach of this study is phenomenological with descriptive analysis techniques. Postmodernism results in a shift in decentralization process, so that the margin between the noble and the popular get blurred along with the phenomenon of social media that faces writer-reader interactivity as a new mode of literature, such as the use of social media (facebook, twitter, wattpad, etc.). Those offer intimacy between writers and readers, as well as how the discourse of freedom of writing becomes realistic without requirement toward intense competition that is full of power and legitimacy. Of course, the writer-reader interactivity is difficult to be realized in conventional literary production (print version). Keywords: Postmodernism, pop literature, cyber literature, interactivity