14 results on '"emisi CO2"'
Search Results
2. Analisis Potensi Emisi CO2 Oleh Berbagai Jenis Kendaraan Bermotor di Jalan Raya Kemantren Kabupaten Sidoarjo
- Author
-
Sudarti, Yushardi, and Nur Kasanah
- Subjects
emisi co2 ,kendaraan bermotor ,polusi udara ,co2 emissions ,motor vehicles ,air pollution ,Environmental technology. Sanitary engineering ,TD1-1066 ,Environmental engineering ,TA170-171 - Abstract
ABSTRAK Kendaraan bermotor merupakan faktor penyumbang polusi udara yang berperan tinggi. Salah satu polutan yang dihasilkan kedaraan bermotor adalah CO2, sehingga peningkatan kendaraan bermotor akan mendorong banyaknya potensi emisi CO2 dan mencemari udara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis potensi emisi CO2 dari berbagai jenis kendaraan bermotor. Metode pengambilan data dilakukan dengan observasi langsung terhadap jumlah dari masing masing kendaraan bermotor selama tiga puluh menit serta studi literatur untuk mengetahui seberapa besar CO2 yang dihasilkan oleh setiap jenis kendaraan bermotor. Studi literatur yang dilakukan untuk mengetahui faktor emisi dan persamaan sesuai dengan IPCC 2006. Hasil dan pembahasan didapat dari pengambilan data (n) jumlah kendaraan bermotor kend.30 menit-1, (FE) faktor emisi g.liter-1, (K) konsumsi bahan bakar liter.km-1 dan perhitungan potensi emisi CO2. Berdasarkan pengambilan data dan perhitugan yang diperoleh menunjukkan jenis kendaraan bermotor berupa sepeda motor dan mobil ialah penyumbang terbanyak dengan potensi emisi CO2 sebesar 67,568.26 (g.30 menit-1.km-1) dan mobil sebesar 63,335.30 (g.30 menit-1.km-1). Kata kunci: emisi CO2, kendaraan bermotor, polusi udara ABSTRACT Motorized vehicles are a major contributor to air pollution. One of the pollutants produced by motorized vehicles is CO2, so the increase in motorized vehicles will encourage a lot of potential for CO2 emissions and pollute the air. The purpose of this study was to analyze the potential for CO2 emissions from various types of motorized vehicles. The data collection method was carried out by direct observation of the number of each motorized vehicle for thirty minutes as well as a literature study to determine how much CO2 is produced by each type of motorized vehicle. Literature study was carried out to determine emission factors and equations in accordance with IPCC 2006. Results and discussions were obtained from data collection (n) number of motorized vehicles each 30 minutes, (FE) emission factor g.liter-1, (K) material consumption liter.km-1 and calculation of potential CO2 emissions. Based on data collection and calculations obtained, it shows that the types of motorized vehicles are motorcycles and cars that contribute the most with CO2 emission potential of 67,568.26 (g.30minutes-1.km-1) and cars of 63,335.30 (g.30menit-1.km-1). Keywords: CO2 emissions, motor vehicles, air pollution
- Published
- 2022
- Full Text
- View/download PDF
3. Dampak Pemberian Pupuk Hayati dan NPK Terhadap Emisi CO2 Pada Perkebunan Kelapa Sawit Di Lahan Gambut
- Author
-
Dika Riyani, Evi Gusmayanti, and Muhammad Pramulya
- Subjects
emisi co2 ,gambut ,kelapa sawit ,pemupukan ,Environmental sciences ,GE1-350 - Abstract
Pemanfaatan lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit selalu disertai dengan pemupukan, seperti pupuk hayati dan NPK. Namun kegiatan pemupukan ini berpotensi meningkatkan aktivitas mikroorganisme dalam mendekomposisi bahan organik gambut yang selanjutnya menghasilkan emisi CO2. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur emisi CO2 sebelum dan sesudah pemupukan hayati dan NPK dari perkebunan kelapa sawit fase belum menghasilkan (umur tanaman 3 tahun) dan fase menghasilkan (umur tanaman 12 tahun). Penelitian ini dilaksanakan pada perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat. Emisi CO2 yang diukur pada enam belas subplot dengan metode sungkup tertutup menggunakan sensor CO2 Vaisala GMP343. Pengukuran emisi CO2 dilakukan seminggu sekali dari bulan Agustus sampai Oktober 2020. Bersamaan dengan pengukuran emisi CO2 dilakukan pengukuran suhu tanah, suhu udara dan kedalaman muka air tanah yang diikuti pengambilan sampel tanah untuk analisis pH, Eh dan kadar air gravimetrik. Pengambilan sampel tanah terganggu untuk analisis kesuburan gambut dilakukan sebanyak tiga kali yaitu seminggu sebelum pengukuran emisi CO2, setelah aplikasi pupuk hayati dan setelah aplikasi pupuk NPK. Hasil penelitian menunjukan emisi CO2 sebelum dan sesudah pemupukan tidak berbeda nyata. Rerata emisi CO2 setelah pemupukan hayati cenderung lebih rendah dan kembali meningkat setelah pemupukan NPK. Besaran emisi CO2 pada tanaman belum menghasilkan sebelum pemupukan sebesar 0,65 ± 0,36 g CO2 m-2 jam-1, setelah pemupukan hayati sebesar 0,56 ± 0,28 g CO2 m-2 jam-1 dan setelah pemupukan NPK sebesar 0,60 ± 0,32 g CO2 m-2 jam-1. Sedangkan rerata emisi CO2 pada lokasi tanaman menghasilkan sebelum pemupukan yaitu 0,53 ± 0,24 g CO2 m-2 jam-1, setelah pemupukan hayati 0,38 ± 0,18 g CO2 m-2 jam-1 dan setelah pemupukan NPK meningkat menjadi 0,66 ± 0,43 g CO2 m-2 jam-1. ABSTRACT Fertilization is a common practice when utilizing peatlands for oil palm plantation. It includes bio fertilizer and compound NPK fertilizer. However, fertilization may potentially increase microorganism activities leading to higher CO2 emission. This study aims to measure CO2 emissions before and after application of bio fertilizer and compound NPK fertilizer to oil palm plantations. This research was conducted on palm plantations in West Kalimantan. There are two plots of measurements i.e. immature oil palm, about 3 years of age and producing oil palm about 12 years of age, and every plot consists eight subplots. The measurement of CO2 emissions carried out according to closed chamber method using Vaisala GMP343 CO2 sensor once a week from August to October 2020. Along with measurement of CO2 emissions, environmental factors were also measured, i.e. soil temperature, air temperature and groundwater level, pH, Eh and gravimetric water content. Sampling of disturbed soil for peat fertility analysis was carried out three times, a week before measuring CO2 emissions, after application of bio-fertilizers and after application of compound NPK fertilizer. The results showed that CO2 emissions before and after fertilization were not significantly different. The average CO2 emission after biological fertilization tends to be lower than that before fertilizer application and tend to increase after NPK fertilization. The amount of CO2 emission in immature plot before fertilization is 0,65 ± 0,36 g CO2 m-2 hour-1, after biological fertilization is 0,56 ± 0,28 g CO2 m-2 hour-1 and after NPK fertilization is 0,60 ± 0,32 g CO2 m-2 hour-1. Meanwhile, the average CO2 emission at the location of the plant produced before fertilization was 0,53 ± 0,24 g CO2 m-2 hour-1, after biological fertilization was 0,38 ± 0,18 g CO2 m-2 hour-1 and after NPK fertilization increased to 0,66 ± 0,43 g CO2 m-2 hour-1.
- Published
- 2021
- Full Text
- View/download PDF
4. Evaluasi Emisi Karbondioksida (CO2) Terhadap Kecukupan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Di Universitas Brawijaya Kampus I Kota Malang
- Author
-
Bambang Suharto, Tunggul Sutan Haji, and Niken Puspajwo Pangestuti
- Subjects
emisi co2 ,ruang terbuka hijau ,universitas brawijaya ,co2 emission ,green open space ,Environmental technology. Sanitary engineering ,TD1-1066 ,Environmental engineering ,TA170-171 - Abstract
Peningkatan gas rumah kaca merupakan permasalahan penting yang dapat mengakibatkan pemanasan global, dimana saat ini emisi karbondioksida (CO2) merupakan komponen utama gas rumah kaca. Penumpukan emisi CO2 terjadi karena bahan bakar fosil yang diambil secara berlebihan dibakar dan dikonversi secara cepat menjadi CO2 yang terlepas ke atmosfer oleh aktivitas transportasi, tungku industri dan rumah tangga, serta pembangkit listrik. Pada tahun 2016, tercatat jumlah penduduk Universitas Brawijaya sebanyak 68.072 yang terdiri dari mahasiswa, dosen, dan karyawan. Berdasarkan data jumlah penduduk di atas terlihat bahwa jumlah penduduk Universitas Brawijaya relatif banyak, maka akan berdampak pada meningkatnya produksi CO2 dari kegiatan kendaraan bermotor, penggunaan gas LPG, sisa hasil pernapasan, serta penggunaan listrik di lingkungan Universitas Brawijaya. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui emisi CO2 yang dihasilkan dari aktivitas penduduk di Universitas Brawijaya Kampus I Kota Malang dan untuk mengetahui kecukupan ruang terbuka hijau (RTH) dalam menyerap emisi CO2. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif yaitu untuk mendeskripsikan hasil perhitungan emisi CO2 dan kecukupan daya serap RTH. Beban emisi CO2 dihitung dengan persamaan IPCC dan persamaan yang didapatkan dari studi pustaka. Sedangkan daya serap RTH dihitung dengan mengalikan jumlah pohon dengan masing-masing daya serapnya terhadap emisi CO2. Setelah itu merumuskan rekomendasi sebagai bahan pertimbangan atau masukan untuk peningkatan peringkat Universitas Brawijaya pada UI GreenMetriks World University Ranking. Hasil penelitian menunjukkan total beban emisi CO2 yang dihasilkan di Universitas Brawijaya sebesar 9547360.71 Kg/tahun dan total daya serap sebesar 45229279.66 Kg/tahun. Hasil analisis menunjukkan bahwa RTH telah mencukupi untuk menyerap emisi CO2 dalam satu tahun, salah satu hal yang menunjang besarnya RTH yaitu adanya penambahan pohon sejumlah 300 pohon sawit pada tahun 2015 (Sub Bagian Rumah Tangga, 2015). Rekomendasi berdasarkan UI GreenMetriks World University Ranking, kategori dan indikator yang sesuai untuk dilakukannya upaya yaitu pada kategori sarana dan prasarana, serta transportasi. Indikator ini menunjukkan apakah kampus layak disebut Kampus Hijau. Tujuannya adalah untuk memicu agar memberi lebih banyak ruang bagi kehijauan dan dalam menjaga lingkungan, serta pengembangan energi berkelanjutan. Kebijakan transportasi yang dapat dilakukan yaitu membatasi jumlah kendaraan bermotor di kampus, penggunaan sepeda kampus akan mendorong lingkungan yang lebih sehat. Kebijakan pejalan kaki akan mendorong mahasiswa, dosen dan staf untuk mengurangi emisi CO2, dan menghindari menggunakan kendaraan pribadi dengan memberi kebijakan pada mahasiswa baru untuk tidak membawa kendaran pribadi di semester pertama dan kedua. Kebijakan tersebut akan mengurangi jejak karbon di sekitar kampus.
- Published
- 2017
- Full Text
- View/download PDF
5. ANALISIS EMISI CO2 PLTP ULUBELU LAMPUNG DAN KOTRIBUSINYA TERHADAP PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK DI PROVINSI LAMPUNG
- Author
-
Alimuddin Muchtar
- Subjects
Panas bumi ,faktor emisi ,emisi CO2 ,energi listrik ,PLTP. ,Environmental sciences ,GE1-350 - Abstract
Emisi CO2 yang dihasilkan dari pembangkit listrik dengan bahan bakar fosil dan non-fosil pada tingkat lokal perlu dihitung untuk memberikan gambaran dan alternatif pilihan dalam pengembangan energi listrik dengan sumber daya yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap emisi CO2 yang ditimbulkan PLTP Ulubelu Lampung dan potensi emisi CO2 dari seluruh pembangkit listrik yang beroperasi di Provinsi Lampung. Penelitian ini menggunakan metode analisis Clean Development Mechanism (CDM) ACM0002 dari United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Tahapan dalam penelitian ini yaitu melakukan analisis emisi CO2 dan perhitungan faktor emisi CO2 dari PLTP Ulubelu, perhitungan emisi CO2 pembangkit listrik eksisting, dan analisis proyeksi emisi CO2 tahun 2017-2026. Analisis emisi CO2 meliputi perhitungan baseline emisi, emisi, reduksi emisi. Hasil penelitian menunjukkan PLTP Ulubelu Unit 1 dengan daya keluaran 54.17 MW menghasilkan baseline emisi, emisi CO2, reduksi emisi, dan nilai faktor emisi CO2 masing-masing sebesar 381,987.76 tCO2e, 59,898.25 tCO2e, 322,091.51 tCO2e, dan 0.126 tCO2e/MWh. Total emisi CO2 yang dihasilkan dari pembangkit eksisting sebesar 5,253,714.43 (tCO2e) dari total kapasitas daya mampu 821.6 MW dan total produksi energi 7,098,624 MWh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase emisi CO2 yang dihasilkan oleh pembangkit eksisting PLTU, PLTD, dan PLTG lebih besar dari pada produksi energinya. Sebaliknya PLTP dan PLTA persentase energi yang diproduksi lebih besar daripada emisi CO2 yang dihasilkan. PLTP memiliki tambahan kapasitas paling besar dalam proyeksi pengembangan energi listrik periode 2017-2026 sebesar 41.4% dari total kapasitas terpasang 1711.8 MW, dan emisi CO2 pembangkit listrik sebesar 7,741,500.00 tCO2e (PLTP 9.97%) di tahun 2026. Persentase emisi dari pembangkit tenaga listrik Lampung terhadap target penurunan emisi GRK dengan skenario pengembangan adalah 1.29% dan dengan kondisi BaU sebesar 1.05%.
- Published
- 2019
- Full Text
- View/download PDF
6. KONSERVASI ENERGI BERBASIS RENEWABLE ENERGY TECHNOLOGY DENGAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI MICROBIAL
- Author
-
Ganjar Samudro
- Subjects
energi ,emisi CO2 ,teknologi microbial ,Environmental technology. Sanitary engineering ,TD1-1066 - Abstract
Penggunaan energi yang besar meningkatkan emisi CO2 yang terlepas ke atmosfer. Upaya konservasi energi terus dilakukan dalam rangka meningkatkan kebutuhan energi. Bentuk konservasi energi berbasis renewable energy technology dengan pemanfaatan teknologi microbial merupakan bentuk ideal back to nature dan lebih ramah lingkungan untuk masa depan lingkungan yang lebih baik. Penelitian-penelitian berbasis teknologi microbial dengan basis modifikasi teknologi konvensional dengan advanced menjadi pilihan terbaik dalam capture energi besar, kebutuhan energi nol, revenue listrik tinggi dan biaya operasional yang rendah. Pilihan inovasi teknologi ini membuka wacana pengembangan inovasi teknologi microbial lainnya dan memberikan kontribusi pengurangan emisi CO2 dari suatu proses. Hasil hasil penelitian terbaru dengan reaktor MFCs sebagai salah satu teknologi microbial didapatkan kecenderungan positif dalam pemanfaatannya dalam skala yang lebih besar dan aplikatif
- Published
- 2016
7. STUDI KELAYAKAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HIBRIDA DI PULAU PANJANG
- Author
-
Andri Suherman, Widia Tri Priane, Ajra Salmah, and Rosdiansyah Rosdiansyah
- Subjects
plth ,npc ,coe ,emisi co2 ,Special aspects of education ,LC8-6691 ,Astrophysics ,QB460-466 ,Physics ,QC1-999 - Abstract
AbstractElectrical energy conditions in Pulau Panjang have been supplied by PLTD with 12 hours operation time, so by utilizing renewable energy can increase electricity production for 24 hours. This study aims to design an optimal PLTH system to save fuel consumption and reduce emissions, especially CO2. The results of simulation and optimization using HOMER software show that the optimum PLTH to be applied in Pulau Panjang is the integration between PLTD and PLTS. At this optimum condition, the contribution of PLTS is 63% and PLTD 37% with net present value (NPC) of $ 2,279,961, electricity generation (COE) of $ 0.851 / kWh, fuel consumption per year 45,411 liters, CO2 emissions produced by system amounted to 119,583 Kg / year or decreased by 83.355 from the initial condition and 60.513 kWh of electrical energy over the year.AbstrakKondisi energi listrik di Pulau Panjang selama ini dipasok oleh PLTD dengan waktu operasi 12 jam, sehingga dengan memanfaatkan energi terbarukan dapat meningkatkan produksi listrik selama 24 jam. Penelitian ini bertujuan merancang sistem PLTH yang optimal untuk menghemat pemakaian bahan bakar dan mengurangi emisi terutama CO2. Hasil simulasi dan optimasi dengan menggunakan software HOMER menunjukan bahwa PLTH yang optimum untuk diterapkan di Pulau Panjang adalah integrasi antara PLTD dan PLTS. Pada kondisi optimum ini, kontribusi PLTS sebesar 63% dan PLTD 37% dengan nilai bersih sekarang (NPC) sebesar $2.279.961, biaya pembangkitan listrik (COE) sebesar $0,851/kWh, konsumsi BBM pertahun 45.411 liter, emisi CO2 yang dihasilkan sistem sebesar 119.583 kg/tahun atau berkurang sebesar 83,355 dari kondisi awal dan kelebihan energi listrik selama setahun sebesar 60.513 kWh.
- Published
- 2017
- Full Text
- View/download PDF
8. Evaluasi Implementasi Green Ict Pada Penyelenggara Telekomunikasi Di Indonesia
- Author
-
Diah Yuniarti and Kasmad Ariansyah
- Subjects
green ict ,emisi co2 ,telekomunikasi ,Telecommunication ,TK5101-6720 - Abstract
Gartner, sebuah lembaga riset yang fokus dalam bidang teknologi informasi pada tahun 2007 telah merilis statistik yang menyatakan bahwa diperkirakan pembuatan, penggunaan dan pembuangan peralatan ICT memberikan kontribusi sekitar 2% dari emisi global CO2 dan diprediksi pada 2020, emisi CO2 ini akan naik menjadi 6%. Kondisi tersebut mendapat respon positif dari Pemerintah Indonesia, pada G20 Summit di Pittsburgh, presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan komitmen target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 26% pada tahun 2020. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai untuk mendapat gambaran mengenai implementasi Green ICT pada penyelenggara telekomunikasi di Indonesia hingga saat ini. Penelitian dilakukan dengan mengadakan in depth interview dengan informan dari PT Bakrie Telecom, PT Telkomsel dan PT Telkom Tbk di empat kota di Indonesia meliputi Jakarta, Medan, Yogyakarta dan Bandung. Dari hasil in depth interview dan kajian literatur, ditemukenali bahwa implementasi Green ICT pada penyelenggara Telekomunikasi telah memberi manfaat bagi perusahaan dalam hal efisiensi biaya yang didapat dari efisiensi bahan bakar, sumber daya dan energi. Kaitannya dengan masyarakat dan lingkungan, implementasi Green ICT juga telah memberikan dampak positif yaitu menurunnya emisi yang dihasilkan dan terciptanya lingkungan yang lebih sehat. Dampak tersebut juga telah berkontribusi terhadap program pemerintah dalam hal penurunan emisi dan penghematan energi. Akan tetapi masih ditemukenali beberapa kendala seperti belum adanya roadmap Green ICT, mahalnya investasi untuk energi alternatif, belum adanya perusahaan daur ulang dengan biaya yang murah serta kurangnya dukungan masyarakat. Sehingga diharapkan dukungan yang lebih nyata dari pemerintah dalam mengatasi kendala-kendala tersebut.
- Published
- 2011
- Full Text
- View/download PDF
9. Keterkaitan Tipe Hunian dengan Emisi CO2 di Kota Surabaya
- Author
-
Affan Sani Maulana and Rulli Pratiwi Setiawan
- Subjects
Emisi CO2 ,Emisi primer ,Emisi Sekunder ,Perumahan ,bahan bakar memasak ,energi listrik ,Technology ,Engineering (General). Civil engineering (General) ,TA1-2040 - Abstract
Perkembangan perumahan di Kota Surabaya berkembang cukup pesat, hal ini menyebabkan pencemaran udara yang berasal dari konsumsi energi dari kegiatan sehari-hari. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan keterkaitan tipe hunian dengan emisi CO2 di Kota Surabaya. Emisi CO2 dibagi menjadi 2 yaitu emisi primer yang berasal dari konsumsi bahan bakar memasak, dan emisi sekunder yang berasal dari konsumsi listrik. Analisis yang digunakan adalah menggunakan perhitungan matematis emisi CO2 yang didapatkan dari tiap-tiap hunian sampel dan analisis korelasi bivariate pearson untuk mencari keterkaitan antara tipe hunian dengan emisi CO2 yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah Surabaya timur penghasil emisi tinggi dan Surabaya utara penghasil emisi rendah, dan adanya korelasi yang cukup signifikan antara tipe hunian yang dilihat dari luasannya dengan produksi emisi CO2 yang dihasilkan, dengan tingkat kepercayaan 95%. Derajat korelasi antara tipe hunian dengan produksi emisi CO2 sangat kuat yaitu 1
- Published
- 2014
10. Analisis Pengurangan Emisi CO2 Melalui Manajemen Penggunaan Listrik dan Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di Gedung Perkantoran Pemerintah Kota Surabaya
- Author
-
Widhi Asta Kartika Pratiwi and Joni Hermana
- Subjects
emisi CO2 ,penggunaan listrik ,RTH ,Technology ,Engineering (General). Civil engineering (General) ,TA1-2040 - Abstract
Penggunaan listrik pada aktivitas dalam gedung dapat menyumbang emisi gas rumah kaca khususnya CO2. Pada penelitian ini dikaji pengurangan emisi CO2 melalui manajemen penggunaan listrik dan ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) di Gedung Jimerto Pemerintah Kota Surabaya. Sampling penggunaan listrik dilakukan dengan mengukur penerangan indoor, penggunaan AC, dan komputer pada ruang yang sama. Metode BEE Code of Lighting digunakan untuk pengukuran penerangan, sedangkan metode observasi langsung dilakukan untuk manajemen penggunaan listrik dan RTH eksisting. Emisi CO2 dari penggunaan daya listrik dihitung dengan faktor emisi sesuai dengan ketentuan Surat Kementrian ESDM Dirjen Ketenagalistrikan Nomor 1281/05/600.4/2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa emisi yang dihasilkan sebesar 1.966,266 ton CO2/tahun. Pengurangan emisi dengan manajemen penggunaan listrik eksisting diperkirakan dapat mengurangi emisi sebesar 31,302 ton CO2/tahun. Apabila dilakukan penggantian peralatan listrik pengurangan emisinya menjadi 251,271 ton CO2/tahun. Sedangkan RTH yang dibutuhkan untuk memenuhi ketentuan minimal adalah sebesar 325,3 m2 dan ini sebanding dengan penyerapan CO2 sebesar 1,789 ton CO2/tahun.
- Published
- 2013
11. Analisa Kecukupan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Penyerapan Emisi CO2 dan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen di Kota Probolinggo
- Author
-
Agus Setiawan and Joni Hermana
- Subjects
Emisi CO2 ,kebutuhan oksigen ,pemanasan global ,ruang terbuka hijau (RTH). ,Technology ,Engineering (General). Civil engineering (General) ,TA1-2040 - Abstract
Ruang terbuka hijau (RTH) memiliki peranan yang sangat penting dalam mengurangi dampak terjadinya pemanasan global karena kemampuannya dalam menyerap emisi karbon dioksida (CO2). Hingga saat ini, prosentase penyediaan RTH publik di Kota Probolinggo masih sebesar 13,21% sehingga butuh adanya penambahan luas RTH. Hasil analisa menunjukkan bahwa RTH eksisting di Kota Probolinggo ditinjau dari segi penyerapan emisi CO2 masih kurang cukup dengan prosentase hanya sebesar 19,17%. Sedangkan berdasarkan pemenuhan kebutuhan oksigen sudah dirasa cukup meskipun prosentasenya hanya 1,77%. Kebutuhan luas RTH di Kota Probolinggo berdasarkan penyerapan emisi CO2 diperkirakan akan terpenuhi pada tahun 2020 dan berdasarkan pemenuhan kebutuhan oksigen setiap tahunnya justru terus mengalami kekurangan luas RTH.
- Published
- 2013
12. Jejak Karbon Sektor Energi D.I.Yogyakarta dan Rekomendasi Jumlah Pohon yang Harus Ditanam untuk Reduksi Emisi Gas CO2
- Author
-
Firdaus, Feris
- Subjects
emisi CO2 ,pohon ,D.I.Yogyakarta ,reduksi ,jejak karbon ,energi - Abstract
Konsumsi energi di D.I.Yogyakarta terus meningkat setiap tahunnya. Peningkatan ini tentu menyebabkan eksternalitas negatif terhadap kualitas lingkungan. Seperti diketahui sebelumnya energi listrik yang dikonsumsi tersebut dominan berasal dari bahan bakar fosil, sehingga dapat meningkatkan intensitas emisi gas rumah kaca dan memperburuk kualitas lingkungan. Selain itu, ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil ini juga berakibat buruk pada terjadinya defisit anggaran nasional dalam APBN Indonesia, melalui poin subsidi energi. Konsekwensi dari emisi karbon tersebut mengharuskan pemerintah untuk menanam pohon sebagai reduktor cemaran udara. Jumlah pohon yang harus ditanam secara linear juga meningkat seiring dengan jumlah konsumsi energi listrik khususnya di D.I.Yogyakarta dan umumnya di Indonesia. Secara umum jumlah emisi karbon (CO2) sektor energi di D.I.Yogyakarta tahun 2011-2015 adalah 1,748,849,439 Kg - 2,325,700,618 Kg adapun jumlah pohon yang harus ditanam sebagai konversi jumlah emisi tersebut tahun 2011-2015 adalah 5,829,499 - 7,752,336 pohon. Jika dilihat secara detail maka tampak bahwa setiap komponen energi, konsumsinya meningkat setiap tahunnya baik energi listrik, LPG maupun BBM sehingga jumlah pohon yang harus ditanam setiap tahunnya juga meningkat.
- Published
- 2019
13. Evaluasi Implementasi Green Ict Pada Penyelenggara Telekomunikasi Di Indonesia
- Author
-
Kasmad Ariansyah and Diah Yuniarti
- Subjects
emisi co2 ,telekomunikasi ,lcsh:TK5101-6720 ,General Medicine ,green ict ,lcsh:Telecommunication - Abstract
Gartner, sebuah lembaga riset yang fokus dalam bidang teknologi informasi pada tahun 2007 telah merilis statistik yang menyatakan bahwa diperkirakan pembuatan, penggunaan dan pembuangan peralatan ICT memberikan kontribusi sekitar 2% dari emisi global CO2 dan diprediksi pada 2020, emisi CO2 ini akan naik menjadi 6%. Kondisi tersebut mendapat respon positif dari Pemerintah Indonesia, pada G20 Summit di Pittsburgh, presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan komitmen target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 26% pada tahun 2020. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai untuk mendapat gambaran mengenai implementasi Green ICT pada penyelenggara telekomunikasi di Indonesia hingga saat ini. Penelitian dilakukan dengan mengadakan in depth interview dengan informan dari PT Bakrie Telecom, PT Telkomsel dan PT Telkom Tbk di empat kota di Indonesia meliputi Jakarta, Medan, Yogyakarta dan Bandung. Dari hasil in depth interview dan kajian literatur, ditemukenali bahwa implementasi Green ICT pada penyelenggara Telekomunikasi telah memberi manfaat bagi perusahaan dalam hal efisiensi biaya yang didapat dari efisiensi bahan bakar, sumber daya dan energi. Kaitannya dengan masyarakat dan lingkungan, implementasi Green ICT juga telah memberikan dampak positif yaitu menurunnya emisi yang dihasilkan dan terciptanya lingkungan yang lebih sehat. Dampak tersebut juga telah berkontribusi terhadap program pemerintah dalam hal penurunan emisi dan penghematan energi. Akan tetapi masih ditemukenali beberapa kendala seperti belum adanya roadmap Green ICT, mahalnya investasi untuk energi alternatif, belum adanya perusahaan daur ulang dengan biaya yang murah serta kurangnya dukungan masyarakat. Sehingga diharapkan dukungan yang lebih nyata dari pemerintah dalam mengatasi kendala-kendala tersebut.
- Published
- 2011
14. SEBARAN EMISI CO2 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENATAAN RUANG AREA INDUSTRI DI KABUPATEN KENDAL
- Author
-
Dina Labiba and Wisnu Pradoto
- Subjects
aktivitas industri ,lcsh:HT101-395 ,Emisi CO2 ,low carbon city ,lcsh:Urban groups. The city. Urban sociology - Abstract
Kabupaten Kendal adalah wilayah yang memiliki peran sebagai salah satu pusat aktivitas industri di Provinsi Jawa Tengah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran sumber emisi CO2 dari sektor industri serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan emisi tersebut sebagai dasar acuan dalam merumuskan implikasi kebijakan penataan ruang aktivitas industri di Kabupaten Kendal berdasarkan konsep low carbon city. Analisis dilakukan terhadap sembilan aktivitas industri skala besar yang besar tersebar pada tiga kecamatan di Kabupaten Kendal yaitu Kecamatan Kaliwungu, Boja dan Kangkung. Hasil dari analsisis terhadap kadar intensitas produksi emisi CO2 aktivitas industri menunjukkan bahwa industri PT. Sinar Bahari Agung di Kecamatan Kangkung memiliki menghasilkan emisi CO2 tertinggi. Sementara itu untuk hasil dari analisis potensi pertumbuhan pertumbuhan emisi CO2 dilihat dari faktor penghambat dan pemicu pertumbuhan emisi tersebut, menunjukkan bahwa hingga tahun 2031 pertumbuhan emisi CO2 sektor industri di Kabupaten Kendal akan terus mengalami peningkatan. Implikasi kebijakan penataan ruang yang dapat diterapkan adalah penambahan areal ruang terbuka hijau. Penambahan ruang terbuka hijau diprioritaskan pada aktivitas industri pada aktivitas industri PT. Sinar Bahari Agung dan PT. Rimba Partikel Indonesia. Selain itu, implikasi kebijakan lainnya yang dapat diterapkan ialah dengan membatasi pertumbuhan aktivitas industri di wilayah bagian selatan Kabupaten Kendal serta pengoptimalan pemanfaatan lahan industri dengan penerapan Industrial Symbiosis.
- Published
- 2018
- Full Text
- View/download PDF
Catalog
Discovery Service for Jio Institute Digital Library
For full access to our library's resources, please sign in.