28 results on '"kemampuan berpikir tingkat tinggi"'
Search Results
2. Pengembangan Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Tema Energi Ramah Lingkungan Pada Siswa Kelas IX
- Author
-
Ashri Fathia, Liska Berlian, and R. Ahmad Zaky El Islami
- Subjects
instrumen tes ,kemampuan berpikir tingkat tinggi ,energi ramah lingkungan ,Education (General) ,L7-991 ,Science (General) ,Q1-390 - Abstract
Permasalahan pada instrumen tes yang dibuat oleh guru cenderung lebih banyak menguji aspek ingatan tanpa mengasah kemampuan dengan berpikir dalam tingkat tinggi siswa inilah yang mendorong dilakukannya penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini untuk mengembangkan instrumen tes kemampuan dengan berpikir dalam tingkat tinggi yang dirancang untuk siswa kelas IX pada tema energi ramah lingkungan. Metode yang digunakan adalah Research and Development (R&D) dengan model Sugiyono yang terdiri dari potensi masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain, revisi desain dan uji coba produk. Penelitian ini menghasilkan berupa instrumen tes berpikir dalam tingkat tinggi. Instrumen tes telah diuji kelayakan berdasarkan validasi ahli memperoleh tingkat kevalidan sebesar 98,36% (sangat valid) dengan rincian validasi ahli materi sebesar 97,77% dan ahli guru IPA sebesar 98,96%. Berdasarkan uji coba instrumen tes pada 105 siswa yang diukur dengan software Anates versi 4.0.5 didapatkan hasil 20 soal valid dengan tingkat kesukaran sedang, reliabilitas sebesar 0,85 (reliabilitas tinggi) dan daya pembeda baik sebanyak 5 soal serta daya pembeda cukup sebanyak 15 soal. Oleh karena itu, dapat disimpulkan instrumen tes dengan nilai efisiensi produk secara keseluruhan yang diperoleh berdasarkan respon siswa sebesar 89,12% (sangat efisien). Dari hasil pengembangan instrumen tes dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya yang akan mengukur tingkat kemampuan dengan berpikir dalam tingkat tinggi pada siswa kelas IX tema energi ramah lingkungan.
- Published
- 2023
- Full Text
- View/download PDF
3. PENGEMBANGAN DIGITAL SMART BOOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA SEKOLAH DASAR
- Author
-
Indah Fitrihani, Yuyu Yuhana, Aan Subhan Pamungkas, and Indhira Asih V.Y
- Subjects
digital smart book ,kemampuan berpikir tingkat tinggi ,Theory and practice of education ,LB5-3640 - Abstract
This research is motivated by the less than optimal use of digital learning media. This study uses the Research and Development (R&D) method which aims to produce digital smart book textbooks, test the feasibility of digital smart books and determine the improvement of higher order thinking in 5th grade students of SDIT Laa Tahzan through the development of digital smart books. The development of this product is guided by the Sugiyono model which is modified into six steps including problem analysis, data collection, product design, product validation, product revision, to product testing. The digital smart book feasibility test is carried out by material, media and language experts. Validation from the three experts showed the results of "Fair" to "Very Eligible". The results of student responses to digital smart books get a percentage of 96.66% and are included in the "Very Good" category. This is reinforced by obtaining an N-Gain value of 0.506 which is included in the "Medium" criteria. Based on the results of the study, it can be concluded that digital smart books to improve the higher-order thinking skills of elementary school students have been successfully developed, suitable for use in learning, the responses given by students are supported by increasing higher-order thinking skills in students with the use of digital smart books in learning.
- Published
- 2022
- Full Text
- View/download PDF
4. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dalam Perkembangan Pembelajaran Matematika SMA
- Author
-
Peppy Pustiati Noor and Agung Prasetyo Abadi
- Subjects
kemampuan berpikir tingkat tinggi ,pembelajaran matematika ,Education - Abstract
Kemampuan berpikir tingkat tinggi penting dikuasai oleh peserta didik. Namun berdasarkan hasil studi dari PISA tahun 2018, Indonesia berada pada urutan di bawah rata-rata OECD. Rendahnya hasil tes PISA yang didapat oleh Indonesia salah satu penyebabnya yaitu dikarenakan rendahnya kemampuan berpikir tingkat tinggi. Rendahnya Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dikarenakan pada proses pembelajaran matematika peserta didik hanya diajarkan untuk menghafal, menulis ulang dan mengerjakan pekerjaan rumah atau latihan saja, tidak dilatih lebih dalam mengenai Kemampuan Berpikir Tingkat Tingginya serta menyelesaikan masalah yang relevan dengan materi yang sedang diajarkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode kajian pustaka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pembelajaran yang relevan dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Metode penulisan yang digunakan yaitu Kajian Pustaka, yaitu dengan mengkaji jurnal-jurnal terdahulu yang relevan dengan judul serta tujuan penulisan. Dari kajian yang sudah dilakukan terdapat tiga pembelajaran yang sejalan dengan tujuan dari Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dan dapat meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi yang diantaranya yaitu, Pembelajaran Saintifik, Pendekatan Pembelajaran Problem Posing, dan Pembelajaran Berbasis Masalah.
- Published
- 2022
- Full Text
- View/download PDF
5. Kemampuan global dan tradisi berpikir tingkat tinggi dalam Islam
- Author
-
Abuddin Nata
- Subjects
kemampuan berpikir tingkat tinggi ,kemampuan global ,tradisi islam ,Islam ,BP1-253 ,Theory and practice of education ,LB5-3640 - Abstract
Entering the era of globalization, millennials, and the industrial revolution 4.0 which is full of challenges and very competitive competition, everyone must not only have global competencies (global abilities) but also must have high order thinking abilities (high-level thinking skills). In order not to be alienated and marginalized, Muslims as the majority of Indonesia's population, and the second-largest population in the world, inevitably have to have global capabilities and high-level thinking. This article, which uses library data and direct and indirect observations, proves that global abilities and higher-order thinking are part of the Islamic tradition. The sources of Islamic teachings, the Qur'an, Al-Hadith, and the history of the journey of Muslims in the golden age of the 7th to 13th centuries AD, have encouraged and given birth to a tradition of having global competence and high- thinking skills level. The background, characteristics, scope, steps, and examples of the practice of global abilities and higher thinking from an Islamic perspective can be proven in this paper. For this reason, as part of the world community that must compete and emerges as the winner, it is time for global abilities and high-level thinking to be reclaimed and put into practice. AbstrakMemasuki era globalisasi, milenial dan revolusi industri 4.0 yang penuh tantangan dan persaingan yang amat kompetitif, setiap orang tidak saja harus memiliki global competencies (kemampuan global) melainkan juga harus memiliki kemampuan high order thinking (kemampuan berpikir tingkat tinggi). Agar tidak teralienasi dan termarginalisasi, Umat Islam sebagai mayoritas penduduk Indonesia, dan penduduk terbanyak nomor dua di dunia, mau tidak mau harus memiliki kemampuan global dan berpikir tingkat tinggi. Tulisan yang menggunakan data kepustakaan dan hasil pengamatan langsung dan tidak langsung ini membuktikan bahwa kemampuan global dan berpikir tingkat tinggi itu sesungguhnya merupakan bagian dari tradisi Islam. Sumber ajaran Islam Al-Qur’an, Al-Hadis serta sejarah perjalanan umat Islam di zaman keemasan (golden age) abad ke-7 sampai dengan 13 M, sesungguhnya telah mendorong dan melahirkan tradisi memiliki kompetensi global dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Latar belakang, karakteristik, ruang lingkup, langkah-langkah, dan contoh-contoh praktik kemampuan global dan berpikir tinggi dalam perspektif Islam dapat dibuktikan dalam tulisan ini. Untuk itu, sebagai bagian dari masyarakat dunia yang harus berkompetisi dan keluar sebagai the winner, maka kemampuan global dan berpikir tingkat tinggi itu sudah waktunya dimiliki kembali dan dipraktikkan.
- Published
- 2021
- Full Text
- View/download PDF
6. PEMAHAMAN GURU KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI DAN IMPLEMENTASINYA
- Author
-
Nurmawati Nurmawati, Elin Driana, and Ernawati Ernawati
- Subjects
higher-order thinking skills ,chemistry ,teachers' understanding ,assessment ,high school ,kemampuan berpikir tingkat tinggi ,kimia ,pemahaman guru ,penilaian ,sma ,Science (General) ,Q1-390 ,Theory and practice of education ,LB5-3640 - Abstract
HIGH SCHOOL CHEMISTRY TEACHERS' UNDERSTANDING OF HIGHER-ORDER THINKING SKILLS AND ITS IMPLEMENTATION Abstract Teachers play an essential role in attempts to develop students' higher-order thinking skills through the implementation of classroom assessments. This study explores chemistry teachers' understanding of higher-order thinking skills (HOTS) assessments, how they implement the assessments, and what obstacles they face. This study employed a qualitative approach that involved 12 high-school chemistry teachers in South Jakarta. Data collection was conducted in August and September 2019 through semi-structured interviews. The findings of this study show that the chemistry teachers have a different understanding of higher-order thinking assessments. The majority of teachers associate HOTS with the three highest levels of the cognitive dimension of Revision of Bloom's taxonomy, critical thinking, and problem-solving. The levels of implementation of HOTS assessments among teachers vary. Among obstacles faced by the teachers are the lack of teachers' knowledge and experience in applying HOTS assessments, variability in students' cognitive abilities, the scarcity of learning facilities, and the lack of guidance and training about HOTS assessments in chemistry. Abstrak Guru memegang peranan penting dalam upaya mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi melalui penerapan penilaian kelas.Penelitian ini menggali pemahaman guru kimia tentang penilaian kemampuan berpikir tinggi tinggi (HOTS), penerapannya, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang melibatkan 12 orang guru kimia SMA di Jakarta Selatan. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus dan September 2019 melalui wawancara semi-terstruktur. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa para guru kimia memiliki pemahaman yang beragam tentang penilaian HOTS. Mayoritas guru mengaitkan penilaian HOTS dengan tiga jenjang tertinggi dimensi kognitif pada taksonomi Bloom yang telah direvisi, berpikir kritis, dan penyelesaian masalah. Tingkat penerapan penilaian HOTS di kalangan guru bervariasi. Hambatan yang dihadapi para guru Kimia SMA dalam melaksanakan penilaian HOTS, antara lain keterbatasan pengetahuan dan pengalaman guru dalam menerapkan penilaian HOTS, kemampuan kognitif siswa yang bervariasi, keterbatasan fasilitas pembelajaran, dan kurangnya panduan dan pelatihan tentang penilaian HOTS untuk mata pelajaran kimia.
- Published
- 2020
- Full Text
- View/download PDF
7. Analisis Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMA pada Materi Hukum Newton Tentang Gerak
- Author
-
Nur Faizah Akmala, Wayan Suana, and Feriansyah Sesunan
- Subjects
Hukum Newton ,kemampuan berpikir tingkat tinggi ,siswa SMA/MA ,perbedaan gender ,Education ,Education (General) ,L7-991 - Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa SMA/MA pada materi Hukum Newton tentang gerak serta mendeskripsikan perbedaan kemampuan siswa berdasarkan gender. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan responden berjumlah 456 siswa di Kota Bandar Lampung. Data dikumpulkan menggunakan soal tes pilihan jamak dengan jumlah 20 butir soal yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, persentase kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa tergolong rendah dengan nilai rata-rata sebesar 44,1. Dari ketiga dimensi proses berpikir, rata-rata kemampuan siswa pada level berpikir analisis, evaluasi, dan mencipta, secara berturut-turut adalah 65,0 (cukup tinggi), 28,3 (rendah), dan 29,2 (rendah). Berdasarkan gender, rata-rata kemampuan siswa laki-laki dan perempuan hampir sama, yaitu laki-laki 44,7 dan perempuan 43,7 dan keduanya berkategori rendah. Dari hasil uji t, tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa laki-laki dan perempuan. Kesimpulannya adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa SMA/MA di Bandar Lampung tergolong rendah dan tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai kemampuan siswa antar gender.
- Published
- 2019
- Full Text
- View/download PDF
8. PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING, KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
- Author
-
Nurhayati Nurhayati, Lia Angraeni, and Wahyudi Wahyudi
- Subjects
model problem based learning ,high-order thinking ,critical thinking skill ,optics ,kemampuan berpikir tingkat tinggi ,kemampuan berpikir kritis ,optika ,Science (General) ,Q1-390 ,Theory and practice of education ,LB5-3640 - Abstract
THE EFFECT OF PROBLEM BASED LEARNING AND CRITICAL THINKING ON HIGH ORDER THINGKING ABILITY Abstract This study aims to determine the effect of problem-based learning model and critical thinking skills on students' high-order thinking about optical materials. Quasi-experimental method with two-way ANOVA design was used to conduct this study with 34 second semester physic education students of IKIP PGRI Pontianak. Data of students’ higher order thinking ability was obtained from multiple choice test with reason while the data of students' critical thinking ability was measured using multiple choice test. Based on the results of data analysis, it can be concluded that: (1) there is an influence of the problem based learning model on high student's thinking ability, (2) there is an influence of high critical thinking ability and low critical thinking ability on high student's thinking ability and (3) the interaction between the application of problem based learning model with the ability to think critically to the students' high level of thinking ability. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model problem based learning, keterampilan berpikir kritis dan interaksinya terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa pada materi optika. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen semu dengan desain two way ANOVA. Penelitian ini dilaksanakan di IKIP PGRI Pontianak pada mahasiswa semester II program studi pendidikan fisika sebanyak 34 orang mahasiswa. Data kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa diperoleh dengan menggunakan tes pilihan ganda dengan alasan sedangkan data kemampuan berpikir kritis mahasiswa diukur dengan menggunakan tes berbentuk multiple choice. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa: (1) terdapat pengaruh penerapan model problem based learning terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa, (2) terdapat pengaruh kemampuan berpikir kritis tinggi dan kemampuan berpikir kritis rendah terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa dan (3) terdapat interaksi antara penerapan model problem based learning dengan kemampuan berpikir kritis terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa.
- Published
- 2019
- Full Text
- View/download PDF
9. PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN TESTLET UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PADA MATERI ELEKTROKIMIA
- Author
-
Indah Damayanti, Mohammad Masykuri, and Sri Yamtinah
- Subjects
penelitian dan pengembangan ,testlet ,instrumen penilaian ,kemampuan berpikir tingkat tinggi ,elektrokimia ,Education (General) ,L7-991 - Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen penilaian testlet yang memiliki validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan indeks pengecoh yang memenuhi kriteria sebagai suatu soal yang baik juga untuk mengembangkan instrumen testlet pada materi elektrokimia, menjadi instrumen penilaian yang mampu mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pengembangan instrumen penilaian dalam bentuk testlet ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan yang terdiri dari 10 tahap. Penelitian ini dilakukan di SMK SMTI Yogyakarta, SMK SMAK Bogor, SMK SMAK Padang, dan SMK SMAK Makassar dengan jumlah responden siswa sebanyak 96 orang. Validasi instrumen penilaian testlet ini menggunakan metode Aiken dengan 7 orang validator ahli. Metode penilaian pada instrumen testlet ini menggunakan metode Graded Response Model (GRM). Hasil penelitian ini adalah instrumen penilaian testlet yang dikembangkan dinyatakan layak dan memenuhi kriteria sebagai suatu soal yang baik dengan validitas soal lebih dari 0,76 (valid) dan memiliki reliabilitas tes pada uji coba lapangan utama 0,889 yang tergolong tinggi, memiliki daya pembeda dengan presentase 30,56% cukup dan 38,88% baik dan 30,56 baik sekali . Instrumen penilaian testlet ini memiliki tingkat kesukaran dengan presentase 133,88% sukar; 63,89% sedang; 16,67% mudah; dan 5,56% sangat mudah. Instrumen penilaian testlet yang dikembangkan mampu mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dengan persentase kemampuan siswa dalam menganalisis sebesar 61,15%; mengevaluasi 52,50%; mengkreasi 34,25%; berpikir kritis 42,50%; dan bernalar logis 37,25%.
- Published
- 2019
- Full Text
- View/download PDF
10. KEEFEKTIFAN PRODUK PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (MENURUT TAKSONOMI BLOOM YANG TEREFISI) PADA MATERI PROTISTA
- Author
-
Eny Tarliany, Sajidan Sajidan, and Puguh Karyanto
- Subjects
pengembangan ,instrumen penilaian kognitif ,kemampuan berpikir tingkat tinggi ,protista ,Education (General) ,L7-991 - Abstract
Tujuan penelitian yaitu: Menguji keefektifan produk pengembangan instrumen penilaian kognitif untuk mengukur kemampuan kognitif siswa pada materi protista. Pengembangan instrumen penilaian kognitif untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi mengacu pada model research and development (R&D) modifikasi dari Borg and Gall meliputi 9 langkah, yaitu: 1) penelitian pendahuluan dan pengumpulan informasi, 2) perencanaan, 3) pengembangan produk awal, 4) uji coba produk awal, 5) revisi produk I, 6) uji coba lapangan, 7) revisi produk II, 8) uji coba lapangan operasional, dan 9) revisi produk akhir. Pada penelitian ini hanya dilakukan sembilan tahapan R&D. Analisis hasil penelitian menggunakan teknik deskriptif dan kualitatif. Hasil penelitian meliputi: 1) produk pengembangan instrumen penilaian kognitif dikembangkan berdasarkan indikator keterampilan proses kognitif menurut Anderson dan Krathwohl 2010, 2) kelayakan isi produk instrumen penilaian kognitif untuk mengukur keterampilan proses kognitif termasuk dalam kategeri “sangat baik” dan validitas konstruk “sangat baik”; validitas butir soal dengan kategori interpretasi minimal “cukup”; tingkat kesukaran soal dengan proporsi 11,00% kategori sedang dan 89,00% kategori sulit; daya beda dengan interpretasi minimal “cukup”; kepraktisan soal termasuk aktegori “baik”, 3) Perbedaan nilai kemampuan kognitif siswa kelas evaluasi dengan GDL (77,10) dengan kelas existing learning dengan DL (70,60) menunjukkan keefektifan produk instrumen penilaian kognitif ini.
- Published
- 2019
- Full Text
- View/download PDF
11. Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD
- Author
-
Risky Priliani Puspitasari, Sutarno Sutarno, and I Wayan Dasna
- Subjects
problem based learning ,higher-order thinking skills ,cognitive learning outcomes ,kemampuan berpikir tingkat tinggi ,hasil belajar kognitif ,Education ,Education (General) ,L7-991 - Abstract
Abstract: This research aimed to find out the differences HOTS and learning outcomes between Problem Based Learning model and conventional, uses types of research a quasi-experimental. The results of this study indicate that: There is a significant difference HOTS between experimental class students and control class students, there is a significant difference HOTS between high-skilled students and low-ability early students, there is no interaction between Problem Based Learning model and HOTS, there were significant differences in learning outcomes between experimental class students and class students control, there is no significant difference in cognitive learning outcomes between high-ability early students and low initial ability students, there is no interaction between the Problem Based Learning model and the initial ability to the learning outcomes of students. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan HOTS dan hasil belajar antara model Problem Based Learning dan konvensional dengan menggunakan jenis penelitian quasi experiment. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan HOTS antara siswa kelas eksperimen dan kontrol, ada perbedaan yang signifikan HOTS antara antara siswa berkemampuan awal tinggi dan rendah, tidak ada interaksi antara model Problem Based Learning dan kemampuan awal terhadap HOTS, ada perbedaan yang signifikan hasil belajar antara siswa kelas eksperimen dan kontrol, tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar antara siswa berkemampuan awal tinggi dan rendah, dan tidak ada interaksi antara model Problem Based Learning dan kemampuan awal terhadap hasil belajar.
- Published
- 2020
- Full Text
- View/download PDF
12. INDONESIAN RURAL EFL TEACHER’S STRATEGY IN TEACHING HIGHER ORDER THINKING SKILLS.
- Author
-
Pasutri, Novita Silta, Bukhori, and Helmiati
- Subjects
JUNIOR high schools ,LEARNING ,INDONESIANS ,RURAL development ,ENGLISH as a foreign language ,LISTENING comprehension - Abstract
Copyright of POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam is the property of POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam and its content may not be copied or emailed to multiple sites or posted to a listserv without the copyright holder's express written permission. However, users may print, download, or email articles for individual use. This abstract may be abridged. No warranty is given about the accuracy of the copy. Users should refer to the original published version of the material for the full abstract. (Copyright applies to all Abstracts.)
- Published
- 2021
- Full Text
- View/download PDF
13. Analisis Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Mahasiswa (Higher Order Thinking) dalam Menyelesaikan Soal Konsep Optika melalui Model Problem Based Learning
- Author
-
Nurhayati Nurhayati and Lia Angraeni
- Subjects
kemampuan berpikir tingkat tinggi ,optika ,model problem based learning ,Education ,Education (General) ,L7-991 - Abstract
Abstract This study aims to describe the ability of higher order thinking students in solving the problem of the concept of optics after given the learning with problem-based learning model. This research uses a descriptive method with quantitative approach. The subjects of the research are students of the second semester of physics education study program, amounting to 19 people. Data collection techniques used are two tier multiple choice shaped test consisting of eight questions include the level of analyzing, evaluating and creating. Based on the results of data analysis, it is known that the ability of high-level thinking of students in optical learning has enough categories with the following details: (1) The percentage of students who have excellent high-level thinking skills is 15.79%, good category of 31.58%, enough category of 42.11%, and category less than 10.53%; (2) The percentage of student ability in answer about level of analyze equal to 68.42%, student ability in answer about evaluation level 57.89% and equal to 53.51% for student ability in answer level question create. Keywords: higher order thinking, optics, problem-based learning model Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa (higher order thinking) dalam menyelesaikan soal konsep optika setelah diberikan pembelajaran dengan model problem based learning. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Subjek penelitian yaitu mahasiswa semester II program studi pendidikan fisika yang berjumlah 19 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes berbentuk two tier multiple choice yang terdiri dari delapan soal meliputi tingkatan menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa dalam pembelajaran optika memiliki kategori cukup dengan rincian sebagai berikut: (1) Persentase mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi kategori sangat baik adalah sebesar 15,79%, kategori baik sebesar 31,58%, kategori cukup sebesar 42,11%, dan kategori kurang sebesar 10,53%; (2) Persentase kemampuan mahasiswa dalam menjawab soal tingkatan menganalisis sebesar 68,42%, kemampuan mahasiswa dalam menjawab soal tingkatan mengevaluasi sebesar 57,89% dan sebesar 53,51% untuk kemampuan mahasiswa dalam menjawab soal tingkatan mencipta. Kata-kata Kunci: kemampuan berpikir tingkat tinggi, optika, model problem based learning
- Published
- 2017
- Full Text
- View/download PDF
14. Pengembangan Ketrampilan Berpikir Tingkat Tinggi dengan Menggunakan Strategi Metakognitif Model Pembelajaran Problem Based Learning
- Author
-
Sucipto Sucipto
- Subjects
kemampuan berpikir tingkat tinggi ,strategi metakognitif ,pembelajaran berbasis masalah ,Education ,Education (General) ,L7-991 - Abstract
Abstrak Secara umum capaian ketrampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik masih rendah dibanding negara lain. Untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, pendidik dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang mendukung dan menggunakan strategi pembelajaran. Upaya meningkatkan ketrampilan berpikir peserta didik dapat dilakukan dengan meningkatkan ketrampilan metakognisinya. Ada berbagai jenis strategi metakognitif yang dapat dipilih pendidik, satu diantaranya menggunakan strategi pemecahan masalah (problem solving). Dalam proses pemecahan masalah, individu menggunakan kedua kemampuan kognitif dan keterampilan praktis, yang meliputi kegiatan metakognitif seperti analisis, sintesis dan evaluasi. Pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah yang nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Abstract In general, higher order thinking skills achievements of learners is still low compared to other countries. To develop higher order thinking skills, educators are required to create a learning atmosphere that supports and use learning strategies. Efforts to improve thinking skills that learners can do to improve metacognitive skills. There are different types of metacognitive strategies that can be selected educators, one of which uses problem solving strategies. In the process of solving problems, individuals using both cognitive abilities and practical skills, which include metacognitive activities such as analysis, synthesis and evaluation. Problem-based learning is an instructional approach used to stimulate students' higher order thinking in situations oriented real problems, including learning how to learn.
- Published
- 2017
- Full Text
- View/download PDF
15. Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMA
- Author
-
Azni Fajrilia, Budi Handoyo, and Dwiyono Hari Utomo
- Subjects
problem based learning ,higher-order thinking skills ,high school student ,kemampuan berpikir tingkat tinggi ,siswa sma ,Education ,Education (General) ,L7-991 - Abstract
Abstract: Problem based learning is a learning model that focuses on students and is contextual in nature. Students are directly involved in finding a solution to a problem, so that the model is able to improve high-level thinking skills. The purpose of this study is to see the effect of the problem based learning model on high-level thinking skills of high school students. The research design applied was quasi experiment. The subjects in this study consisted of two classes namely class XI MIPA 4 as ekpeimmen class and XI Language as control class. The study was conducted at MAN Kota Batu in 2019. The data analysis used is the independent sample t-test which shows the effect that is proven by the significance of
- Published
- 2019
- Full Text
- View/download PDF
16. Pengaruh Strategi Inkuiri Terbimbing dan Kolb’s Learning Style terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
- Author
-
Pristy Nandya Putri, Subandi Subandi, and Munzil Munzil
- Subjects
kolb’s learning style ,guided inquiry ,high level thinking skills ,inkuiri terbimbing ,kemampuan berpikir tingkat tinggi ,Education ,Education (General) ,L7-991 - Abstract
Abstract: This research was aimed to (1) determine the influence of guided inquiry strategy against high-level thinking skills of students and (2) determine the influence of learning styles diverging, assimilating, accommodating, and converging towards a high level thinking skills of students. This research is a quasy experiment. Before starting learning, students were given learning style questionnaires by David Kolb. Students' high level thinking skill was measured through using validated HOTS instruments in the form of 20 multiple choice questions and 5 description questions including analytical skills (C4), evaluation (C5) and synthesis (C6). The results of this research showed that: (1) there was the influence of guided inquiry strategy on high-level thinking skills of students, (2) there was no effect of assimilating, accommodating, diverging and converging learning style towards a high level thinking skills of students, and (3) the students with diverging and assimilating learning styles have a positive response toward guided inquiry learning strategies, while students with accommodating learning styles had a positive response to verification learning. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui adanya pengaruh strategi inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dan (2) mengetahui adanya pengaruh gaya belajar diverging, assimilating, accommodating, dan converging terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Sebelum memulai pembelajaran, siswa diberikan angket gaya belajar yang dikembangkan oleh David Kolb. Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa diukur menggunakan instrumen HOTS tervalidasi yang berupa soal 20 pilihan ganda dan 5 soal uraian mencakup kemampuan analisis (C4), evaluasi (C5) dan sintesis (C6). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada pengaruh strategi Inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, (2) tidak ada pengaruh gaya belajar assimilating, accommodating, diverging, dan converging terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, dan (3) siswa dengan gaya belajar diverging dan assimilating memiliki respon positif terhadap strategi pembelajaran inkuiri terbimbing, sedangkan siswa dengan gaya belajar accommodating memiliki respon positif terhadap pembelajaran verifikasi.
- Published
- 2018
- Full Text
- View/download PDF
17. Pengaruh PBL dengan Scaffolding Prosedural terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Ditinjau dari Kemampuan Tinggi dan Rendah Siswa
- Author
-
Feny Puspitaningsih, Wartono Wartono, and Supriyono Koes Handayanto
- Subjects
pbl ,procedural scaffolding ,high-level thinking skills ,scaffolding prosedural ,kemampuan berpikir tingkat tinggi ,Education ,Education (General) ,L7-991 - Abstract
Abstract: This study aims to find out the effect of PBL with procedural scaffolding toward high-order thinking skills in terms of students' high and low ability. This research used non equivalent control group design with 34 students of experimental class and 35 students of control class. The hypothesis test of this study used Two-Way ANOVA and showed that the effect of PBL with procedural scaffolding was 42.5%, while the effect of students' initial ability was 37.9%. The mean posttest grade of the experimental class is higher than the control class, indicating that PBL with procedural scaffolding affects students' high-order thinking skill. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh PBL dengan scaffolding prosedural terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi ditinjau dari kemampuan tinggi dan rendah siswa. Penelitian ini menggunakan desain non equivalent control group dengan 34 siswa kelas eksperimen dan 35 siswa kelas kontrol. Uji hipotesis penelitian ini menggunakan Two-Way ANOVA dan menunjukkan bahwa pengaruh PBL dengan scaffolding prosedural sebesar 42,5%, sedangkan pengaruh kemampuan awal siswa sebesar 37,9%. Skor rerata posttest siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol, menunjukkan bahwa PBL dengan scaffolding prosedural memengaruhi kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
- Published
- 2018
- Full Text
- View/download PDF
18. Eksperimentasi Model Pembelajaran POE dengan Pendekatan Metaphorical Thinking terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa
- Author
-
Ida Rahmawati, Ana Setiani, and Hamidah Suryani Lukman
- Subjects
kemampuan berpikir tingkat tinggi ,model pembelajaran predict observe explain ,pendekatan metaphorical thinking ,General Earth and Planetary Sciences ,General Environmental Science - Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang menggunakan model pembelajaran POE (Predict Observe Explain) dengan pendekatan Metaphorical Thinking, model pembelajaran POE (Predict Observe Explain), dan model pembelajaran konvensional 5M Kurikulum 2013. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Quasi Experimental dengan desain penelitian Pretest-Posttest Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini yakni seluruh siswa kelas XII SMK YASPIM yang berjumlah 134 siswa dan tiga kelas sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Cluster Random Sampling. Instrumen yang digunakan berupa tiga butir soal kemampuan berpikir tingkat tinggi pada materi statistika dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang memperoleh model pembelajaran POE (Predict Observe Explain) dengan pendekatan metaphorical thinking lebih baik daripada siswa yang memperoleh model pembelajaran POE (Predict Observe Explain), dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang memperoleh model pembelajaran POE (Predict Observe Explain) dengan pendekatan Metaphorical Thinking lebih baik daripada siswa yang memperoleh model pembelajaran konvensional 5M Kurikulum 2013.
- Published
- 2022
- Full Text
- View/download PDF
19. REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION ON HIGHER-ORDER THINKING SKILL MATHEMATICS OF STUDENTS
- Author
-
Ariati, Chelsi, Juandi, Dadang, Ariati, Chelsi, and Juandi, Dadang
- Abstract
The literature on the effect of the Realistic Mathematics Education (RME) approach on high-order thinking skills (HOTS) students is massive. There is a diversity of research results. So a systematic and comprehensive review is needed to justify and describe its effect, which includes problem-solving, critical, creative, and reasoning abilities. This research used a systematic literature review (SLR) technique to search the Semantic Scholar, ERIC, Google Scholar database, and direct URLs from 2013 to 2022, yielding 49 studies that matched the inclusion criteria. Every paper was recorded and then categorized for analysis based on the title, education level, year of publication, sample size, and kind of HOTS. The findings indicated that RME positively impacted students' HOTS when learning activities were applied with student-centered, contextual problems, and the teacher was the facilitator. Working together in small groups allowed students to carry out individual exploration activities, reconstruct concepts from their own experiences, and connect these concepts to the mathematical ideas studied. RME thus becomes appropriate for use in achieving learning's aims and urgency, particularly in raising students' mathematical HOTS. The study's findings also offer information on the trends and heterogeneity of research into applying RME on mathematical HOTS in Indonesia. It is thus anticipated that it will serve as a recommendation and a focus for further study.
- Published
- 2022
20. PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING, KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
- Author
-
Lia Angraeni, Wahyudi Wahyudi, and Nurhayati Nurhayati
- Subjects
optika ,model problem based learning ,kemampuan berpikir kritis ,lcsh:Science (General) ,critical thinking skill ,optics ,kemampuan berpikir tingkat tinggi ,high-order thinking ,lcsh:Q1-390 - Abstract
THE EFFECT OF PROBLEM BASED LEARNING AND CRITICAL THINKING ON HIGH ORDER THINGKING ABILITY Abstract This study aims to determine the effect of problem-based learning model and critical thinking skills on students' high-order thinking about optical materials. Quasi-experimental method with two-way ANOVA design was used to conduct this study with 34 second semester physic education students of IKIP PGRI Pontianak. Data of students’ higher order thinking ability was obtained from multiple choice test with reason while the data of students' critical thinking ability was measured using multiple choice test. Based on the results of data analysis, it can be concluded that: (1) there is an influence of the problem based learning model on high student's thinking ability, (2) there is an influence of high critical thinking ability and low critical thinking ability on high student's thinking ability and (3) the interaction between the application of problem based learning model with the ability to think critically to the students' high level of thinking ability. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model problem based learning , keterampilan berpikir kritis dan interaksinya terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa pada materi optika. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen semu dengan desain two way ANOVA. Penelitian ini dilaksanakan di IKIP PGRI Pontianak pada mahasiswa semester II program studi pendidikan fisika sebanyak 34 orang mahasiswa. Data kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa diperoleh dengan menggunakan tes pilihan ganda dengan alasan sedangkan data kemampuan berpikir kritis mahasiswa diukur dengan menggunakan tes berbentuk multiple choice. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa: (1) terdapat pengaruh penerapan model problem based learning terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa, (2) terdapat pengaruh kemampuan berpikir kritis tinggi dan kemampuan berpikir kritis rendah terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa dan (3) terdapat interaksi antara penerapan model problem based learning dengan kemampuan berpikir kritis terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa.
- Published
- 2019
21. Analisis Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Mahasiswa (Higher Order Thinking) dalam Menyelesaikan Soal Konsep Optika melalui Model Problem Based Learning
- Author
-
Lia Angraeni and Nurhayati Nurhayati
- Subjects
optika ,model problem based learning ,lcsh:L ,lcsh:L7-991 ,kemampuan berpikir tingkat tinggi ,lcsh:Education (General) ,lcsh:Education - Abstract
This study aims to describe the ability of higher order thinking students in solving the problem of the concept of optics after given the learning with problem-based learning model. This research uses a descriptive method with quantitative approach. The subjects of the research are students of the second semester of physics education study program, amounting to 19 people. Data collection techniques used are two tier multiple choice shaped test consisting of eight questions include the level of analyzing, evaluating and creating. Based on the results of data analysis, it is known that the ability of high-level thinking of students in optical learning has enough categories with the following details: (1) The percentage of students who have excellent high-level thinking skills is 15.79%, good category of 31.58%, enough category of 42.11%, and category less than 10.53%; (2) The percentage of student ability in answer about level of analyze equal to 68.42%, student ability in answer about evaluation level 57.89% and equal to 53.51% for student ability in answer level question create. Keywords: higher order thinking, optics, problem-based learning model Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa (higher order thinking) dalam menyelesaikan soal konsep optika setelah diberikan pembelajaran dengan model problem based learning. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Subjek penelitian yaitu mahasiswa semester II program studi pendidikan fisika yang berjumlah 19 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes berbentuk two tier multiple choice yang terdiri dari delapan soal meliputi tingkatan menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa dalam pembelajaran optika memiliki kategori cukup dengan rincian sebagai berikut: (1) Persentase mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi kategori sangat baik adalah sebesar 15,79%, kategori baik sebesar 31,58%, kategori cukup sebesar 42,11%, dan kategori kurang sebesar 10,53%; (2) Persentase kemampuan mahasiswa dalam menjawab soal tingkatan menganalisis sebesar 68,42%, kemampuan mahasiswa dalam menjawab soal tingkatan mengevaluasi sebesar 57,89% dan sebesar 53,51% untuk kemampuan mahasiswa dalam menjawab soal tingkatan mencipta. Kata-kata Kunci: kemampuan berpikir tingkat tinggi, optika, model problem based learning
- Published
- 2017
- Full Text
- View/download PDF
22. Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMA
- Author
-
Dwiyono Hari Utomo, Budi Handoyo, and Azni Fajrilia
- Subjects
higher-order thinking skills ,siswa sma ,high school student ,Education (General) ,L7-991 ,problem based learning ,kemampuan berpikir tingkat tinggi ,Education - Abstract
Problem based learning is a learning model that focuses on students and is contextual in nature. Students are directly involved in finding a solution to a problem, so that the model is able to improve high-level thinking skills. The purpose of this study is to see the effect of the problem based learning model on high-level thinking skills of high school students. The research design applied was quasi experiment. The subjects in this study consisted of two classes namely class XI MIPA 4 as ekpeimmen class and XI Language as control class. The study was conducted at MAN Kota Batu in 2019. The data analysis used is the independent sample t-test which shows the effect that is proven by the significance of Abstrak: Problem based learning merupakan model pembelajaran yang berfokus kepada siswa dan sifatnya kontekstual. Siswa terlibat langsung untuk mencari jalan keluar suatu masalah sehingga model tersebut mampu meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat pengaruh model problem based learning terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa SMA. Rancangan penelitian yang diterapkan adalah eksperimen semu. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas XI MIPA 4 sebagai kelas eksperimen dan XI Bahasa sebagai kelas kontrol. Penelitian dilakukan di MAN kota Batu pada tahun 2019. Analisis data yang dipergunakan adalah uji independent sample t-test yang menunjukkan adanya pengaruh yang dibuktikan dengan signifikansi < 0,05 yaitu 0,000 sehingga dari kedua variabel dinyatakan berpengaruh.
- Published
- 2019
23. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI (HIGH ORDER THINKING SKILLS) SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS XI DI SMA NEGERI 11 BANDUNG
- Author
-
Yuda, Devi Aksa, Fathoni, Toto, and Hanoum, R Nadia
- Subjects
Model Pembelajaran, Advance Organizer ,Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi - Abstract
Learning is carried out when there is interaction between students, teachers, and learning resources in the scope of a learning environment. The processes of learning themselves consist of various models that are in accordance with the subject matter to be able to support the success of learning outcomes competencies. But in fact, based on the data obtained that the Biology subject in the country of Indonesia is still ranked the lowest. Based on a preliminary study at SMA Negeri 11 Bandung, it shows that the learning models applied are still conventional, so that students find it difficult to understand and capture the learning material presented. In order to achieve high-level thinking skills and optimal learning outcomes for students, therefore, various ways can be used. One of them is by applying the Advanced Organizer learning model. The research was conducted on April 23, 2019 until May 3, 2019 at SMA Negeri 11 Bandung which involved 32 students consisting of XI IPA 5 as an experimental class using time series design. As a result, data obtained that the scores in the experimental class had shown an increase from pre-test to post-test which indicates the use of Advanced Organizer learning model was effective in improving students' high-level thinking skills in the cognitive aspect within the topics of structure and function tissue compiler cells in the reproduction system. Pembelajaran terlaksana apabila terjadinya interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar pada ruang lingkup suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran dilakukan dengan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan muatan mata pelajaran untuk dapat menunjang keberhasilan kompetensi hasil belajar siswa atau guru. Namun pada kenyataanya berdasarkan data yang didapat bahwa pada mata pelajaran Biologi negara Indonesia masih berada diperingkat terendah. Berdasarkan studi pendahuluan di SMA Negeri 11 Bandung menunjukkan bahwa pembelajaran yang diterapkan masih bersifat konvensional, sehingga siswa sulit untuk memahami dan menangkap materi belajar yang disampaikan. Oleh karena itu berbagai cara dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan hasil belajar yang optimal pada siswa, salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran Advance Organizer. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 April 2019 sampai 03 Mei 2019 di SMA Negeri 11 Bandung yang melibatkan 32 siswa terdiri dari kelas XI IPA 5 sebagai kelas eksperimen, dengan desain penelitian time series design. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan, diperoleh data bahwa nilai pada kelas eksperimen mengalami kenaikan dari pre-test ke post-test, itu lah yang menjadi dasar bahwa penggunaan model pembelajaran Advance Organizer efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada ranah kognitif dengan materi struktur dan fungsi sel penyusun jaringan pada sistem reproduksi mata pelajaran Biologi kelas XI di SMA Negeri 11 Bandung.
- Published
- 2019
24. Pengaruh Model Project Based Learning (PjBL) Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Ditinjau dari Motivasi Berprestasi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar
- Author
-
Fitri, Hikmatul, Dasna, I Wayan, Suharjo, Suharjo, Fitri, Hikmatul, Dasna, I Wayan, and Suharjo, Suharjo
- Abstract
enelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir tingkat tinggi antara siswa yang dibelajarkan dengan model project based learning (PjBL) dan siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional yang ditinjau dari motivasi berprestasi. Penelitian ini merupakan quasi eksperiment dengan rancangan non equivalent control group. Data penelitian dikumpulkan dengan mengunakan instrumen tes kemampuan berpikir tingkat tinggi dan angket motivasi berprestasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) ada pengaruh yang signifikan model PjBL terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi, (2) ada pengaruh motivasi berprestasi terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan (3) model PjBL dan motivasi berprestasi yang secara bersama-sama berpengaruh terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi.
- Published
- 2018
25. Pengembangan modul IPA fisika berbasis discovery untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas VIII SMP negeri 1 Puhpelem
- Author
-
Fatmawati, Yuneni, Handhika, Jeffry, and Huriawati, Farida
- Subjects
Modul Fisika ,Discovery ,Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi - Abstract
Pembelajaran Fisika yang di terapkan di SMP Negeri 1 Puhpelem belum mengunakan bahan ajar berbasis discovery yang mengarahkan siswa belajar mandiri dan rendahnya kemampuan berpikir tingkat tinggi. Penelitian dan pengembangan tahap awal ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui langkah-langkah mengembangkan modul IPA Fisika berbasis discovery untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. 2) Mengetahui kelayakan validator dan respon siswa pada kelas kecil menggunakan modul fisika berbasis discovery pada materi pokok cahaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Metode penelitian dan pengembangan menggunakan Research and Development (R&D), model penelitian dan pengembangan menggunakan 4D Thiagarajan dengan tahap: define, design, develop, dan disseminate. Sampel penelitian yaitu kelas VIII di SMP Negeri 1 Puhpelem. Instrumen yang digunakan adalah angket, lembar validasi dan soal pretest dan post test. Analisis hasil angket, kelayakan dan hasil observasi dianalisis dengan diskriptif kualitatif berdasarkan skor kriteria. Hasil penelitian: 1) Modul pembelajaran fisika telah didesain dengan tahapan pembelajaran discovery yaitu: Stimulasi, Identifikasi Masalah Pengumpulan Data, Pengolahan Data, Verifikasi dan Kesimpulan untuk meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa. 2) Modul memenuhi kriteria layak dari hasil validasi ahli media. Nilai rata-rata dari validator 1 sebesar 3,67 dan validator 2 sebesar 3,72 sehingga modul dikatan sangat layak. Dilihat dari hasil respond an keterbacaan modul melalui kelas kecil mendapatkan presentase sebesar 8,57 % yang dapat disimpulkan bahwa odul tergolong dalam kategori sangat layak.
- Published
- 2017
26. Efektivitas pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw Dan TGT ditinjau dari kemampuan berpikir tingkat tinggi
- Author
-
Sunardi, Sunardi, Handhika, Jeffry, and Sasono, Mislan
- Subjects
Model Pembelajaran ,Hasil Belajar ,Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi - Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) apakah ada perbedaan model pembelajaran cooperative learning tipe Jigsaw dan TGT terhadap hasil belajar Fisika. (2) apakah ada perbedaan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kemampuan berpikir tingkat rendah terhadap hasil belajar Fisika. (3) adakah interaksi antara model pembelajaran cooperative learning tipe Jigsaw dan TGT dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi terhadap hasil belajar fisika. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen.Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Wungu dengan sampel kelas VIII G dan H. Teknik pengambilan sampel adalah teknik cluster random sampling.Pengujian persyaratan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi (anava) dua jalan dengan sel tak sama, sebagai tindak lanjut dari analisis variansi dilakukan uji scheffe. Hasil penelitian dengan = 5% menunjukan bahwa: (1) tidak ada perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran tipe Jigsaw dan TGT (Teams Games Tournament) terhadap hasil belajar Fisika dengan Fobs(0,51) < Ftabel(4,17). (2) ada perbedaan kemampuan berpikir tinggi dan kemampuan berpikir tingkat rendah terhadap hasil belajar Fisika dengan Fobs(4,86) > Ftabel(4,17). (3) tidak interaksi antara model pembelajaran Jigsaw dan model pembelajaran tipe Jigsaw dan TGT (Teams Games Tournament) dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi dengan Fobs(0,06) < Ftabel(4,17).
- Published
- 2017
27. Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
- Author
-
Wafiroh, Masrurotul
- Subjects
modul pembelajaran ,inkuiri terbimbing ,kemampuan berpikir tingkat tinggi - Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menghasilkan media pembelajaran berupa modul pembelajaran berbasis Inkuiri Terbimbing materi Fisika kelas VIII semester 2 di SMP; 2) memperoleh modul pembelajaran yang berbasis Inkuiri Terbimbing yang telah memenuhi kriteria layak; 3) meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas VIII SMP setelah menggunakan modul pembelajaran berbasis Inkuiri Terbimbing. Pengembangan modul pembelajaran ini menggunakan model 4-D yang terdiri dari 4 tahap yaitu tahap Define (pendefinisian), Dersign (perancanngan), Develope (pengembangan) dan Disseminate (penyebaran). Desain uji coba produk pengembangan dalam penelitian ini yaitu validasi ahli, uji kelas kecil, dan uji kelas terbatas. Keefektifan modul terhadap kemampuan berpikir siswa dianalisis menggunakan N-Gain. Hasil penelitian ini adalah: 1) Pengembangan modul pembelajaran berbasis Inkuiri Terbimbing meliputi analisis ujung depan, analisis siswa, analisis materi, pembuatan instrumen, penentuan format, perancangan modul, validasi ahli, uji kelas kecil dan uji kelas terbatas; 2) Hasil penilaian yang dilakukan oleh validator terhadap produk pengembangan menunjukkan persentase kelayakan modul sebesar 67,79% dengan interpretasi layak. Hal ini menunjukkan bahwa produk pengembangan mempunyai kualitas “baik”; 3) Modul pembelajaran berbasis Inkuiri Terbimbing cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Hasil kemampuan berpikir siswa ketika dilakukan uji kelas terbatas diperoleh N-Gain sebesar 0,64 dengan kriteria sedang.
- Published
- 2017
28. PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI DALAM PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER
- Author
-
Annuuru, Tia Agusti, Johan, Riche Cynthia, and Ali, Mohammad
- Subjects
Treffinger Learning Model ,Higher Order Thinking Skill ,Natural Science ,Elementary School ,Model Pembelajaran Treffinger ,Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ,Ilmu Pengetahuan Alam ,Sekolah Dasar - Abstract
Treffinger learning model is a sequence of learning process that is designed for students in which it enables them to solve the problems creatively through three stages. Stage I is Basic tool, Stage II is Practice with Process, and Stage III is Working with real Problems. This research aims to know the influence of Treffinger model in enhancing higher order thinking skill of elementary school students on Natural Science subject. The general research question is Is there any enhancement of higher order thinking skill of elementary school students on Natural Science subject through Treffinger learning model?. On the other hand, the specific research question is Is there any enhancement of higher order thinking skill in the aspects of analysis (C4), evaluation (C5), and creation (C6) between the students who learn by using Treffinger learning model and the students who learn by using Osborn learning model?. The method used in this research is quasi-experimental method. The research design used in this research is the design with unequal groups. It can be generally concluded that the application of Treffinger learning model is effective to be used in enhancing higher order thinking skill of elementary school students on Natural Science subject. Specifically, the conclusion of this research is higher order thinking skill in the aspects of analysis (C4), evaluation (C5) and create (C6) of students who have Treffinger learning model is higher than the students who have Osbom learning model. ABSTRAK, Model Pembelajaran Treffinger merupakan sebuah rangkaian pembelajaran yang didesain untuk menciptakan pemecahan masalaha pada peserta didik secara kreatif melalui tiga tingkatan. Tingkatan I Basic tool, tingkatan II Practice with Process, dan tingkatan III Working with real Problems. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh model Treffinger dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik Sekolah Dasar dalam mata pelajaran IPA. Rumusan masalah umum penelitian ini yaitu apakah model pembelajaran Treffinger dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik Sekolah Dasar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam?.Sementara rumusan masalah khusus penelitian ini adalah Apakah kemampuan berpikir tingkat tinggi aspek analisis (C4), evaluasi (C5) dan mencipta (C6) yang memperoleh model pembelajaran Treffinger lebih tinggi dari peserta didik yang memperoleh model pembelajaran Osborn pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)?. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuasi-eksperimen. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain dengan kelompok tak setara. Simpulan dalam penelitian ini adalah secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Treffinger efektif dugunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Sekolah Dasar. Secara khusus, simpulan dari penelitian ini adalah Kemampuan berpikir tingkat tinggi aspek analisis (C4), evaluasi (C5) dan aspek mencipta (C6) pada peserta didik yang memperoleh model pembelajaran Treffinger lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik yang memperoleh model pembelajaran Osborn.
- Published
- 2017
Catalog
Discovery Service for Jio Institute Digital Library
For full access to our library's resources, please sign in.