9 results on '"marginalisasi"'
Search Results
2. Transformasi dan Marginalisasi Masyarakat Adat: Suku Ata Modo di Tengah Hegemoni Pengembangan Pariwisata Taman Nasional Komodo
- Author
-
Arif Putra Pratama, Avicenna Elang Chandra, Noor Risa Isnanto, and An Nuur Khairune Nisa
- Subjects
transformasi koersif ,masyarakat hukum adat ,marginalisasi ,suku ata modo ,Social Sciences - Abstract
Masifnya pengembangan pariwisata di Taman Nasional Komodo (TNK) menimbulkan dampak yang signi;ikan bagi masyarakat lokal disana dalam hal ini adalah Suku Ata Modo. Suku tersebut merupakan suku lokal yang telah berdiam diri lama dan terbentuk di Pulau Komodo jauh sebelum Taman Nasional Komodo berdiri. Mereka juga selama berpuluh-puluh tahun hidup berdampingan dengan satwa langka komodo dan berusaha mempertahankan budaya serta adat mereka ditengah-tengah eksistensi perkembangan pariwisata TNK. Penelitian ini mencoba menjawab apa saja potensi kultural yang masih dipertahankan oleh Suku Ata Modo, kedudukan Suku Ata Modo sebagai satuan Masyarakat Hukum Adat, serta dampak sosial-ekonomi, budaya, serta aspek lingkungan yang terjadi di tengah-tengah hegemoni pariwisata TNK. Studi dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian sosio-legal. Berbagai data primer dan sekunder diformulasikan serta dianalisis untuk memperoleh kesimpulan deskriptif atas masing-masing pertanyaan rumusan masalah. Hasil penelitian yang didapatkan adalah pertama bahwa Suku Ata Modo memiliki potensi kultural sesuai dengan tujuh unsur kebudayaan yang terdiri dari bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, teknologi, sistim mata pencaharian, sistem kepercayaan, dan kesenian. Kedua, bahwa tidak adanya pengakuan dan penetapan Suku Ata Modo sebagai satuan Masyarakat Hukum Adat melalui produk hukum pada level daerah memberikan peluang adanya kon;lik kepentingan dan mengesampingkan hak-hak adat mereka. Ketiga, Suku Ata Modo bertransformasi secara koersif akibat eksistensi dari pariwisata TNK. Peraturan yang ditetapkan sebagai sarana konservasi Taman Nasional Komodo mendorong transformasi yang koersif bagi budaya masyarakat Suku Ata Modo.
- Published
- 2024
- Full Text
- View/download PDF
3. Pembangunan Pariwisata di Sekitar Slum Area Perkotaan: Dari Marginalisasi Menuju Transformasi
- Author
-
Delmira Syafrini, Nurlizawati Nurlizawati, Wirdanengsih Wirdanengsih, and Bunga Dinda Permata
- Subjects
marginalisasi ,nelayan ,pariwisata pantai ,slum area ,transformasi. ,History of scholarship and learning. The humanities ,AZ20-999 ,Social Sciences ,Social sciences (General) ,H1-99 - Abstract
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pengembangan pariwisata yang dilakukan di sekitar kawasan Slum Area perkotaan, serta dampaknya terhadap transformasi kawasan dan komunitas lokal, dengan studi kasus kawasan pemukiman kumuh yang dihuni komunitas Nelayan di Pantai Purus Kota Padang. Hal ini menarik, karena kawasan di sekitar Pantai Purus dulunya diidentikkan dengan slum area yang dihuni oleh komunitas nelayan dengan streotipe yang negative, namun saat ini tumbuh menjadi lokasi pariwisata pantai andalan Kota Padang, bahkan nelayan menjadi bagian penting pembentuk dayatarik dan sense of place dalam pariwisata. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan tipe studi kasus. Data diperoleh melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Observasi dilakukan untuk mengamati proses interaksi yang terjadi antara penduduk lokal dengan wisatawan, serta mengamati bagaimana mereka terlibat dalam berbagai aktivitas wisata. Sementara itu wawancara dilakukan dengan 22 informan, yang berasal dari berbagai kalangan, seperti pengambil kebijakan, komunitas yang tinggal di sekitar pantai, pedagang dan wisatawan untuk mengetahui bagaimana proses pengembangan pariwisata, yang berdampak pada transformasi kawasan dan komunitas yang tinggal di sekitar Pantai Purus. Temuan penelitian menunjukkan bahwa pengembangan pariwisata telah mengubah kawasan ini, dari kawasan yang kumuh yang dihindari menjadi lokasi yang dikunjungi. Nelayan yang dulunya merasa menjadi kelompok yang menolak pembangunan pariwisata karena menjadi kelompok marginal, namun saat ini bertranformasi menjadi komunitas pendukung pariwisita. Pariwisata tidak hanya mengubah ruang dan fisik kawasan tetapi juga kehidupan sosial ekonomi dan budaya komunitas nelayan yang tinggal di sekitar kawasan.
- Published
- 2023
- Full Text
- View/download PDF
4. Pembangunan Pariwisata di Sekitar Slum Area Perkotaan: Dari Marginalisasi Menuju Transformasi.
- Abstract
Copyright of Jurnal Kawistara is the property of Graduate School of Universitas Gadjah Mada and its content may not be copied or emailed to multiple sites or posted to a listserv without the copyright holder's express written permission. However, users may print, download, or email articles for individual use. This abstract may be abridged. No warranty is given about the accuracy of the copy. Users should refer to the original published version of the material for the full abstract. (Copyright applies to all Abstracts.)
- Published
- 2023
- Full Text
- View/download PDF
5. MARGINALISASI BURUH TANI AKIBAT ALIH FUNGSI LAHAN
- Author
-
Umanailo, M.
- Subjects
buruh tani ,Sociology ,Agricultural and Resource Economics ,ngringo ,Social and Behavioral Sciences ,sosial ekonomi petani ,Rural Sociology ,petani ,FOS: Sociology ,marginalisasi - Abstract
Fenomena marginalisasi buruh tani akibat semakin sempit lahan untuk diolah sebagai sumber nafkah menjadikan petani harus melakukan berbagai strategi agar tetap mampu untuk memenuhi kebutuhan rumahtangganya. Buruh tani yang sebelumnya menggantungkan penghasilan utama dengan mengolah lahan pertanian harus bergeser keluar dari lahan tersebut, yang telah dimiliki oleh pemilik modal. Dengan demikian maka buruh tani sebagai bagian kelompok masyarakat yang termarginalkan akan berpikir untuk mendapatkan sumber penghidupan yang lain seperti menjadi buruh tani, buruh pabrik, dan juga berdagang serta mengembangkan usaha-usaha lain di luar sektor pertanian agar mampu menutupi kebutuhannya. Permasalahan pergeseran pekerjaan buruh tani tidak hanya berdasar keluarnya mereka dari sektor pertanian, namun demikian yang harus mereka hadapi dengan angkatan kerja yang semakin tinggi, keahlian dan pengalaman dalam pekerjaan menjadikan buruh tani semakin sulit juga untuk berada pada sektor non pertanian dalam kaitannya mengakses pekerjaan. Maka pola kerja srabutan semakin menjadi pilihan maupun alternatif bagi buruh tani dan kondisi ini seakan mengiyakan posisi buruh tani untuk tetap berada pada tataran marginal, {"references":["Umanailo, M. (2018). Chairul Basrun. 2018. Perubahan Sosial di Indonesia","Umanailo, M. (2018). THE SECURITY OF LOCAL FOOD AND DIVERSIFYING COMMUNITY CONSUMPTION (Study on Waimangit Village Community of Buru Island). SOCA (SOCIO-ECONOMIC OF AGRICULTURRE AND AGRIBUSINESS), , 63-74.","Umanailo, M. (2019). STRATEGI BERTAHAN HIDUP PETANI PADI GOGO DI PULAU BURU. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (JEPA), Volume 3, Nomor 1: 50-58","Umanailo, M. C. B. (2017). MASYARAKAT BURU DALAM PERSPEKTIF KONTEMPORER. Open Science Framework. December, 10.","Umanailo, M., & Basrun, C. Sosiologi Hukum. December 2017."]}
- Published
- 2016
- Full Text
- View/download PDF
6. Representasi Ketidakadilan Gender Dalam Cerita Dari Blora Karya Pramoedya Ananta Toer: Kajian Feminisme
- Author
-
Yenni Hayati
- Subjects
stereotip ,lcsh:Language and Literature ,lcsh:Philology. Linguistics ,lcsh:P1-1091 ,subordinasi ,lcsh:Literature (General) ,ketidakadilan gender ,lcsh:P ,kekerasan ,General Medicine ,lcsh:PN1-6790 ,marginalisasi - Abstract
Ketidakadilan gender yang dialami oleh perempuan tergambar dalam karya sastra, tidak saja yang dikarang oleh perempuan, tetapi juga karya sastra yang dikarang oleh pengarang lakilaki. Dalam Cerita dari Blora karya Pramoedya Ananta Toer, ketidakadilan gender itu sangat terlihat yang meliputi; marginalisasi, subordinasi, stereotip, dan kekerasan. Dalam Cerita dari Blora karya Pramoedya Ananta Toer, ketidakadilan gender berupa beban kerja ganda tidak ditemukan. Hal ini disebabkan oleh belum banyaknya kaum perempuan yang berkiprah di dunia publik pada masa cerita ini dibuat, artinya belum banyak perempuan yang mempunyai pendidikan yang memadai sehingga layak dipekerjakan di luar rumah tangga. Oleh karena itu, tidak ada perempuan yang digambarkan memegang peran ganda, baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pekerja (wanita karier). Abstract: Gender inequality experienced by women is reflected in literary works, not only those written by women writer but also those written by men writer. In Pramoedya Ananta Toer’s Cerita Dari Blora, gender inequalities are very clearly seen; those are marginalization, subordination, stereotype, and cruelty. However, doubleworking load is not found in this novel. It means that only few women working in the public world when this story was made. Also, those who were educated women were still rare so that they just hold the role of housekeeper. Therefore, there is no woman holding double role both as a housewife and a career woman. Key Words: gender inequality, marginalization, subordination, stereotype, cruelty
- Published
- 2012
7. Cerita Tuung Kuning: Sebuah Kajian Kritik Feminis
- Author
-
Cokorda Istri Sukrawati
- Subjects
lcsh:Language and Literature ,lcsh:Philology. Linguistics ,lcsh:P1-1091 ,lcsh:Literature (General) ,gender ,dan wanita ,lcsh:P ,kekerasan ,General Medicine ,lcsh:PN1-6790 ,marginalisasi - Abstract
Perbedaan gender sesungguhnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender termanifestasikan dalam berbagai bentuk, seperti marginalisasi, subordinasi, pembentukan stereotipe melalui pelabelan negatif, kekerasan, beban kerja lebih panjang dan lebih banyak, serta sosialisasi ideologi nilai peran gender yang umumnya ditanggung dan dibebankan pada wanita. Semua hal itu digunakan untuk mewahanai kritik sastra feminis, khususnya mengenai citra wanita dalam cerita Tuung Kuning. Citra wanita yang dimaksud adalah semua gambaran atau lukisan mental spiritual dan tingkah laku keseharian wanita. Wanita dalam karyakarya sastra Bali dilukiskan dalam berbagai citra yang pada dasarnya menunjukkan inferioritas wanita. Dalam kajian cerita Tuung Kuning, citra wanita yang paling menonjol adalah “wanita sebagai korban kesewenangan lakilaki”. Abstract: The gender difference is not really a problem as long as they do not deliver gender inequality. Gender inequality is manifested in various forms, such as marginalization, stereotyping through the formation of negative labeling, violence, longer and more numerous work load, and dissemination of the ideology of gender roles generally incurred and charged to women. All of those are used to drive feminist literary criticism, particularly on women image in the story of Tuung Kuning. The women image in this story is all kinds of an idea or mental illustration of the spiritual and daily behavior of women. Women in Balinese literature are illustrated in various images which essentially demonstrates women inferiorism. In the study of the Tuung Kuning story, the most prominent image of women is “women as victims of male tyranny”. Key Words: gender, marginalization, violence, and women
- Published
- 2012
- Full Text
- View/download PDF
8. Marginalisasi dan Revitalisasi Parikan di Era Kelisanan Sekunder
- Author
-
D. Jupriono
- Subjects
lcsh:Language and Literature ,lcsh:Philology. Linguistics ,sastra lisan ,lcsh:P1-1091 ,lcsh:Literature (General) ,kritik sosial ,lcsh:P ,General Medicine ,kelisanan sekunder ,lcsh:PN1-6790 ,revitalisasi ,marginalisasi - Abstract
Sastra lisan parikan termarginalisasikan dari masyarakatnya di Jawa Timur dan Jawa Tengah karena: makin langkanya habitat tempat munculnya parikan (ludruk, tayub, dll.); melimpahnya acara pop di media elektronik TV; punahnya budaya sindiran; tergusurnya lembah lokalisasi; makin berkurangnya jumlah penjual jamu di pasar tradisional dan para pedagang keliling berlayar tancap; lenyapnya budaya cangkrukan/jagongan. Meskipun demikian, ada dua komunitas yang tetap melestarikan parikan, yaitu komunitas pesantren, yang tetap mempertahankan parikan sebagai produk kelisanan primer, dan masyarakat Jawa pedesaan serta komunitas urban etnis Jawa, yang melestarikan parikan sebagai produk kelisanan sekunder dalam kemasan media elektronik. Di antara parikan yang masih tersisa, terdapat parikan pelesetan, yang hanya main-main oleh dagelan ludruk, dan parikan serius, sebagai media iklan resmi layanan masyarakat oleh kepolisian, parpol, perusahaan, dan media massa, serta sebagai kritik sosial terhadap ketimpangan keadaan dan kesewenangan penguasa, juga oleh dagelan ludruk. Abstract: Parikan as oral literature is marginalized from its society in East Java and Central Java because the more rarely of habitat it emerges (ludruk, tayub, etc); the abundance of popular programs in TV electronic media; the vanishing satirical culture; the abolition of prostitution locality; the lesser of the amount of herbs seller in traditional market and vendors on layar tancap; the diminishing of the culture of cangkrukan/jagongan. Fortunately, yet there are two communities keeping on conserve parikan, they are pesantren community, which keeps parikan as the product of primary orality, and Javanese villagers and also Javanese urban community who conserve parikan as the product of secondary orality in electonic media packaging. Among the rest of parikan, there are plesetan parikan, merely for jokes which come from ludruk comedians, and serious parikan, as the official advertising media of public service by police department, politic parties, companies, and mass media, also as the social critique by ludruk comedians towards social injustice and despotism of public officers. Key Words: oral literature; revitalization; secondary orality; social critique; marginalization
- Published
- 2010
9. Marginalisasi Dan Revitalisasi Parikan Di Era Kelisanan Sekunder
- Author
-
Jupriono, D., Jupriono, D, Jupriono, D., and Jupriono, D
- Abstract
Parikan as oral literature is marginalized from its society in East Java and Central Java because the more rarely of habitat it emerges (ludruk, tayub, etc); the abundance of popular programs in TV electronic media; the vanishing satirical culture; the abolition of prostitution locality; the lesser of the amount of herbs seller in traditional market and vendors on layar tancap; the diminishing of the culture of cangkrukan/jagongan. Fortunately, yet there are two communities keeping on conserve parikan, they are pesantren community, which keeps parikan as the product of primary orality, and Javanese villagers and also Javanese urban community who conserve parikan as the product of secondary orality in electronic media packaging. Among the rest of parikan, there are plesetan parikan, merely for jokes which come from ludruk comedians, and serious parikan, as the official advertising media of public service by police department, politic parties, companies, and mass media, also as the social critique by ludruk comedians towards social injustice and despotism of public officers. Key Words: oral literature; revitalization; secondary orality; social critique; marginalization, Sastra lisan parikan termarginalisasikan dari masyarakatnya di Jawa Timur dan Jawa Tengah karena: makin langkanya habitat tempat munculnya parikan (ludruk, tayub, dll.); melimpahnya acara pop di media elektronik TV; punahnya budaya sindiran; tergusurnya lembah lokalisasi; makin berkurangnya jumlah penjual jamu di pasar tradisional dan para pedagang keliling berlayar tancap; lenyapnya budaya cangkrukan/jagongan. Meskipun demikian, ada dua komunitas yang tetap melestarikan parikan, yaitu komunitas pesantren, yang tetap mempertahankan parikan sebagai produk kelisanan primer, dan masyarakat Jawa pedesaan serta komunitas urban etnis Jawa, yang melestarikan parikan sebagai produk kelisanan sekunder dalam kemasan media elektronik. Di antara parikan yang masih tersisa, terdapat parikan pelesetan, yang hanya main-main oleh dagelan ludruk, dan parikan serius, sebagai media iklan resmi layanan masyarakat oleh kepolisian, parpol, Perusahaan, dan media massa, serta sebagai kritik sosial terhadap ketimpangan keadaan dan kesewenangan penguasa, juga oleh dagelan ludruk.
- Published
- 2010
Catalog
Discovery Service for Jio Institute Digital Library
For full access to our library's resources, please sign in.