6 results on '"sifat kuantitatif"'
Search Results
2. Identifikasi Ayam Hutan (Gallus-gallus) Berdasarkan Karakteristik Kuantitatif di Kecamatan Alu, Campalagian dan Luyo, Kabupaten Polewali Mandar
- Author
-
Lilis Ambarwati, Marsudi Marsudi, Kurnia Kurnia, Faharia Arief, and Sri Muharmita
- Subjects
ayam hutan ,sifat kuantitatif ,alu ,campalagian ,luyo ,Animal culture ,SF1-1100 - Abstract
ABSTRAK Ayam hutan merupakan ayam leluhur dari ayam kampung yang populasinya semakin menurun. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengidentifikasi ayam hutan yang ada di pegunungan sebelah timur Kabupaten Polewal Mandar berdasarkan sifat kuantitatif yang diturunkan. Ayam hutan diambil sampelnya sebanyak 30 ekor jantan dan 10 ekor betina di setiap kecamatan dengan teknik acsidental dan pengambilan sampel dimulai dari bulan Juli - Agustus 2022. Parameter yang diamati adalah sifat kuantitatif meliputi bobot badan, panjang badan, lingkar dada, panjang shank, berat telur, jumlah telur, jumlah bulu ekor dan panjang tulang pubis. Hasil penelitian ayam hutan di Kecamatan Alu, memiliki keragaman yang tinggi, di Kecamatan Campalagian memiliki keragaman yang sedang dan di Kecamatan Luyo memiliki keseragaman yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sifat kuantitatif ayam hutan di kecamatan Alu dan Luyo memiliki keseragaman tinggi sedangkan di Kecamatan Campalagian memiliki keseragaman sedang.
- Published
- 2023
- Full Text
- View/download PDF
3. Kajian Fenotip Kambing Senduro sebagai Kekayaan Sumber Daya Genetik Ternak Lokal Indonesia
- Author
-
Amam Amam, Rifa'i Rifa'i, Puguh Surjowardojo, and Tri Eko Susilorini
- Subjects
fenotip ,kambing senduro ,peranakan etawah ,phenotype ,quantitative characteristic ,senduro goat ,sifat kuantitatif ,Animal culture ,SF1-1100 - Abstract
ABSTRACT. Galur kambing Senduro ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 1055/Kpts/SR.120/10/2014. Kambing Senduro sebagai kekayaan sumber daya genetik ternak lokal Indonesia memiliki fenotip yang dapat diukur berdasarkan sifat kuantitatifnya. Penelitian pertama bertujuan untuk mengkaji fenotip kambing Senduro betina berdasarkan pada tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada, bobot badan, dan panjang telinga. Penelitian kedua bertujuan menghubungkan sifat kuantitatif dengan umur ternak. Penelitian pertama menggunakan metode observasi, sedangkan penelitian kedua menggunakan metode korelasi. Data penelitian ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan analisis korelasi dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dan SPSS 26.0. Pengamatan dilakukan pada 102 ekor kambing Senduro betina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kambing Senduro betina memiliki tinggi pundak 70-80 cm (55,88%), panjang badan 70-80 cm (53,92%), lingkar dada 80-90 cm (59,80%), bobot badan 50-60 kg (32,35%), dan panjang telinga 30-40 cm (69,61%). Panjang badan, lingkar dada, dan bobot badan memiliki korelasi positif yang sangat kuat dengan umur ternak. Penelitian ini merekomendasikan bahwa perlu adanya upaya pembaharuan data dan informasi terkait fenotip kambing Senduro yang berkaitan dengan sifat kuantitatif ternak yang mengacu pada Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 1055/Kpts/SR.120/10/2014. (Phenotype study of Senduro goats as wealth of Indonesian local livestock genetic resources) ABSTRAK. The Senduro goat breed was determined through the Decree of the Minister of Agriculture of the Republic of Indonesia Number 1055/Kpts/SR.120/10/2014. The Senduro goat as a wealth of genetic resources for local Indonesian livestock has a phenotype that can be measured based on its quantitative characteristics. The first study aimed to examine the phenotype of female Senduro goats based on shoulder height, body length, chest circumference, body weight, and ear length. The second study aimed to evaluate quantitative characteristics with the age of Senduro goat. The first research uses the observation method, while the second research uses the correlation method. Observations were made on 102 female Senduro goats. The results showed that female Senduro goats had a shoulder height of 70-80 cm (55.88%), body length 70-80 cm (53.92%), chest circumference 80-90 cm (59.80%), body weight 50 -60 kg (32.35%), and ear length 30-40 cm (69.61%). Body length, chest circumference, and body weight have a very strong positive correlation with the age of Senduro goat. This study recommends that efforts to update data and information related to the phenotype of the Senduro goat related to the quantitative characteristics of Senduro goat are needed which refers to the Decree of the Minister of Agriculture of the Republic of Indonesia Number 1055/Kpts/SR.120/10/2014.
- Published
- 2022
- Full Text
- View/download PDF
4. Identifikasi Sifat Kuantitatif dan Sifat Kualitatif pada Sapi Aceh Dalam Rangka Pelestarian Sumber Daya Genetik Ternak Lokal
- Author
-
Masduqi Masduqi, Eka Meutia Sari, and Mohd. Agus Nashri Abdullah
- Subjects
sapi aceh ,sifat kuantitatif ,sifat kualitatif ,aceh cattle ,quantitative traits ,qualitative traits ,Animal culture ,SF1-1100 - Abstract
ABSTRACT. Sapi Aceh merupakan sumber daya genetik ternak lokal dan merupakan rumpun sapi lokal Indonesia yang tersebar di Provinsi Aceh, dan telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian nomor: 2907/Kpts/OT.140/6/2011 pada 17 Juni 2011. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan keragaman sapi Aceh di Kabupaten Aceh Besar saat ini dengan SNI 7651.3:2013. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari – April 2020. Jumlah sampel sapi Aceh jantan berumur 24-36 bulan sebanyak 62 ekor dan 106 ekor sapi Aceh betina berumur 15-18 bulan. Peubah yang diamati (1) tinggi pundak (TP), (2), panjang badan (PB). dan (3) lingkar dada (LD). Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian, nilai sifat kuantitatif sapi Aceh jantan dan betina masing-masing memiliki tinggi pundak (TP) 108,08±3,59 cm dan 89,53±4,26 cm, panjang badan (PB) 110,26±4,92 cm dan 88,77±6,52 cm dan lingkar dada (LD) 141,02±7,34 cm dan 107,22±8,92 cm. Sebanyak 48,39 % sapi Aceh jantan termasuk kategori kelas III dan 30,19 % sapi Aceh betina termasuk kategori kelas II berdasarkan SNI 7651.3:2013. Sifat kualitatif bentuk muka sapi Aceh jantan dan betina secara keseluruhan berbentuk cekung dengan persentase 80,65 % dan 90,57 %. Sementara tanduk pada sapi Aceh jantan berbentuk ke samping melengkung ke atas dengan rataan persentase 51,61 % dan sapi Aceh betina secara umum hanya membentuk lingkaran tanduk pendek dengan rataan persentase sebesar 67,92 %. Bentuk garis punggung sapi Aceh jantan dan betina berbentuk cekung dengan persentase sebesar 72,58 % dan 79,25 %. ((Identification of quantitative traits and qualitative traits in Aceh cattle in the context of preserving animal genetic resources) ABSTRAK. Aceh cattle are a genetic resource for local livestock and are a clump of local Indonesian cattle spread across Aceh Province, and have been determined based on the Decree of the Minister of Agriculture number: 2907 / Kpts / OT.140 / 6/2011 on 17 June 2011. This study aims to compare the diversity of Aceh cattle in Aceh Besar district currently with SNI 7651.3: 2013. This research was conducted in January - April 2020. The total samples of male Aceh cattle aged 24-36 months were 62 cows and 106 female Aceh cattle aged 15-18 months. The variables observed were (1) shoulder height (TP), (2), body length (PB). and (3) chest circumference (LD). Determination of the sample using purposive sampling method. Based on the results of the study, the quantitative traits of male and female Aceh cattle each had shoulder height (TP) 108.08 ± 3.59 cm and 89.53 ± 4.26 cm, body length (PB) 110.26 ± 4, 92 cm and 88.77 ± 6.52 cm and chest circumference (LD) 141.02 ± 7.34 cm and 107.22 ± 8.92 cm. A total of 48.39% of Aceh male cattle are in class III category and 30.19% of female Aceh cattle are categorized as class II based on SNI 7651.3: 2013. The qualitative characteristics of the face shape of male and female Aceh cattle are overall concave with a percentage of 80.65% and 90.57%. While the horns on male Aceh cattle are curved sideways upward with an average percentage of 51.61% and female Aceh cattle in general only form a short horn circle with an average percentage of 67.92%. The form of the back line of male and female Aceh cattle is concave with a percentage of 72.58% and 79.25%.
- Published
- 2021
- Full Text
- View/download PDF
5. Estimasi Nilai Heritabilitas Sifat Kuantitatif Sapi Aceh
- Author
-
Eka Meutia Sari, Mohd. Agus Nashri Abdullah, and Cut Hasnani
- Subjects
heritabilitas ,sifat kuantitatif ,ukuran tubuh ,sapi aceh ,heritability ,quantitative trait ,body size ,aceh cattle ,Animal culture ,SF1-1100 - Abstract
ABSTRAK. Tujuan penelitian ini untuk mengestimasi nilai heritabilitas sifat kuantitatif pada sapi Aceh. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Indrapuri Aceh Besar, dengan menggunakan metode survey (data primer dan data sekunder), dan analisis data menggunakan Rancangan Acak Lengkap Pola Searah. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah nilai heritabilitas sifat kuantitatif meliputi panjang badan, tinggi gumba, lingkar dada, bobot lahir dan bobot sapih. Nilai heritabilitas bobot lahir 0,06 ± 0,29, bobot setahun 0,12 ± 0,32, bobot satu setengah tahun 0,37 ± 0,41. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat kuantitatif pada sapi Aceh memiliki nilai heritabilitas yang rendah (bobot lahir) dan sedang (bobot setengah tahun). Perbedaan nilai heritabilitas disebabkan karena jumlah sampel yang digunakan, tempat dan waktu penelitian dan metode perhitungan yang berbeda. (Heritability estimation of quantitative traits in Aceh cattle) ABSTRACT. The objective of this research was to estimate the heritability of quantitative trait of Aceh cattle. This research was conducted in BPTU Indrapuri, Aceh Besar. The method used was survey, and the Completely Randomized Design Pattern Unidirectional was used to analyze the data. The parameter which was observed in this research was the heritability of quantitative trait including body length, body height, chest size, birth weight and weaning weight. Heritability for birthweight 0.06 ± 0.29, for yearling weight 0.12 ± 0.32, and heritability for the weight of one and a half years 0.37 ± 0.41. The result shows that the heritability of quantitative traits in Aceh cattle was low (birth weight). The difference in heritability was due to the number of samples used, the place and time of the research and different calculation methods.
- Published
- 2016
- Full Text
- View/download PDF
6. IDENTIFIKASI KERAGAMAN SIFAT KUANTITATIF KAMBING MARICA DI KABUPATEN JENEPONTO
- Author
-
ASHARI, FACHRI
- Subjects
Dimensi Tubuh ,Kambing Marica ,Kambing Kacang ,Sifat Kuantitatif - Abstract
2015 FACHRI ASHARI (I111 11 306). Identifikasi keragaman sifat kuantitatif kambing Marica di kabupaten Jeneponto. Dibimbing oleh SRI RACHMA APRILITA BUGIWATI dan LELLAH RAHIM. Tujuan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi jumlah populasi dan sebaran kambing Marica serta mengidentifikasi sifat kuantitatif khas kambing Marica di kabupaten Jeneponto agar didapatkan kejelasan informasi tentang perbedaan morfologi antara kambing Marica dangan kambing Kacang. Kegunaan penelitian ini yaitu mendapatkan data ilmiah yang akurat mengenai jumlah populasi, daerah penyebaran dan sifat kuantitatif khas kambing Marica yang berada di kabupaten Jeneponto, sehingga dapat menjadi bahan acuan bagi penentu kebijakan yang terkait, peneliti, dan peternak kambing dalam pelestarian kambing Marica. Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan sampling jumlah kambing Marica di seluruh wilayah di kabupaten Jeneponto dan kambing Kacang sebagai pembanding. Selain itu dilakukan pengukuran dimensi tubuh berupa panjang badan, tinggi pundak, dalam dada, tinggi pinggang, lingkar dada, lebar dada, lebar pinggang, panjang kaki, dan berat badan pada kambing Marica dan kambing Kacang. Hasil penelitian didapatkan bahwa penyebaran kambing Marica hanya terdapat pada daerah dataran tinggi. Kambing Marica berjenis kelamin jantan pada rentang umur 3 ??? 4 tahun tidak ditemukan lagi. Jumlah populasi kambing Marica yang terdata sebanyak 20 ekor dan dimensi tubuh kambing Marica memiliki ukuran yang mirip dengan kambing Kacang, akibat perkawinan silang yang tidak terkendali antara kambing Marica dengan kambing Kacang. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sudah tidak terdapat lagi kambing Marica berdarah murni di daerah kabupaten Jeneponto. Presentasi homogenitas data kambing Marica yang tersisa sangat tinggi (KV
- Published
- 2016
Catalog
Discovery Service for Jio Institute Digital Library
For full access to our library's resources, please sign in.