Search

Penelitian ini dilatarbelakangi karena rendahnya pemahaman konsep peserta didik pada materi SPLDV. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan penelitian dengan model Contextual Teaching and Learning (CTL). Penelitian ini menggunakan metode true eksperimental design dengan desain pretest posttest control group design. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari kelas VIII A, VIII B, dan VIII C pada MTs Hidayatul Mustafidin. Pemilihan sampel menggunakan teknik cluster random sampling didapatkan kelas VIII B sebagai kelas eksperimen dan VIII C sebagai kelas kontrol. Hasil pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep matematis. Pada uji gain ternormalisasi menunjukkan peningkatan nilai kelas eksperimen sebesar 0,48 dengan interpretasi sedang, dan kelas kontrol sebesar 0,13 dengan interpretasi rendah. Penelitian ini mengindikasikan bahwa model Contextual Teaching and Learning dapat dijadikan alternatif model pembelajaran untuk mengembangkan pemahaman konsep matematis pada materi SPLDV.

This study aims to describe the effect of students' mathematical disposition on the ability to understand concepts and solve mathematical problems in class IX tube material at MTs NU Miftahul Falah. The type of research used is correlational research with a quantitative approach. The sampling technique used was random sampling. The study population was 267 students with a sample of 35 students in one class. Collecting data using description test instruments and questionnaires. The data that has been obtained is then analyzed using the product moment correlation test, simple linear regression analysis, t-test. The results of data analysis show that: first, the mathematical disposition of students has a positive and significant influence on the ability to understand mathematical concepts by 23.5%. Second, students' mathematical disposition has a significant influence on mathematical problem solving by 63.8%. From these results, it can be concluded that students' mathematical dispositions have a positive and significant effect on the ability to understand concepts and solve mathematical problems in class IX tube material at MTs NU Miftahul Falah Cendono, Dawe, Kudus.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) berbantuan catur terhadap hasil belajar peserta didik materi matriks. Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana pendekatan ini digunakan untuk mengkaji populasi atau sampel khusus, metode pengumpulan data dengan menggunakan instrumen penelitian, dan evaluasi data kuantitatif atau statistik untuk menguji hipotesis tertentu. Subjek penelitian ini terdiri dari 57 siswa, kelas X TAB 1 sebanyak 27 siswa, dan kelas X TAB 2 sebanyak 30 siswa. Metode sampel menggunakan Sampling Purposive, dimana dalam pengambilan sampel tidak dipilih berdasarkan stratifikasi, pemilihan acak, atau wilayah khusus, tetapi didasarkan pada pertimbangan peneliti. Setelah data di uji dengan teknik uji regresi linier dan uji N Gain, hasil penelitian ini terlihat bahwa peningkatan hasil belajar setelah penerapan model pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) berbantuan catur pada materi matriks, dapat dicapai dengan menunjukkan rata-rata hasil belajar pada kelas eksperimen adalah 91,73 dan kelas kontrol adalah 78,48. Selain itu, Keefektifan model pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) berbantuan catur terhadap hasil belajar peserta didik materi matriks pada kelas eksperimen adalah 0,669 dan kelas kontrol adalah 0,321. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran RealisticMathematics Education berbantuan catur lebih baik daripada menggunakan model pembelajaran Realistic Mathematics Education saja.

Bahan ajar matematika yang diintegrasikan dengan nilai keislaman akan lebih menarik bagi siswa. Pasalnya dengan pengintegrasian tersebut, siswa akan mengetahui bahwa matematika berkaitan dengan nilai-nilai agama dan kehidupan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan e-modul (electornic module) matematika terintegrasi nilai-nilai Islam berbasis pendekatan saintifik pada materi bentuk aljabar yang valid dan menarik. Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian pengembangan (Research and Development) menggunakan model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation). Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari lembar angket validasi dan angket respon kemenarikan peserta didik terhadap produk. E-modul matematika ini divalidasi oleh para ahli yaitu ahli materi dengan perolehan (nilai rata-rata) akhir 3,8 , ahli agama 3,9 dan ahli media 3,5. Ketiga hasil validasi tersebut masuk pada kriteria “Valid”. Sedangkan uji respon terdapat dua kali pengujian yaitu uji kelompok kecil dengan perolehan rata-rata 3,27 dan uji kelompok lapangan 3,30. Kedua hasil uji respon tersebut masuk pada kriteria “Sangat Menarik”. Dari hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa produk e-modul matematika ini valid, menarik dan dapat digunakan untuk pembelajaran matematika.

Materi IPA khususnya sifat materi fisika yang kuantitatif, yaitu menggunakan konsep-konsep serta hubungan antara beberapa konsep yang memiliki banyak perhitungan matematis sehingga siswa sering merasa bosan. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran simulasi interaktif berbasis adobe flash materi suhu dan kalor dan menganalisis bagaimana kelayakan pengembangan media pembelajaran simulasi interaktif berbasis adobe flash materi suhu dan kalor. Penelitian (Research and Development) dengan menggunakan metode 4D (Define, Design, Development, Dissemination). Pengembangan media dimulai dengan pembuatan draft awal dalam bentuk story board yang kemudian disusun menggunakan fitur dalam adobe flash. Data pada penelitian ini diperoleh dari hasil angket dari ahli media, ahli materi, dan responden uji coba kelas kecil dan kelas besar diolah untuk menentukan tingkat kelayakan dari media pembelajaran. Adapun hasil penelitian dari ahli media mendapatkan rerata skor sebesar 3,625 ahli materi mendapatkan rerata skor rata- rata 3,53 dan 3,67 dari uji coba kelas kecil dan kelas besar mendapatkan rerata skor sebesar 3,59 dan 3, 62 dengan kategori sangat layak. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran simulasi interaktif suhu dan kalor mampu membuat peserta didik mudah mudah menyerap isi materi suhu dan kalor dengan mensimulasikan suatu praktikum kedalam media pembelajaran.

Penulisan ilmiah ini memberikan gambaran menjelaskan mengenai penggalian potensi keping DVD (Digital Versatile Disc) yang sudah tidak terpakai sebagai alternatif panel surya pada umumnya (monocrystalline). Penulisan ilmiah ini dilakukan berdasarkan latar belakang masalah yang terjadi terkait belum meratanya fasilitas listrik di daerah-daerah tertinggal. Sehingga pemanfaatan tenaga surya dirasa menjadi solusi dalam mengatasi masalah tersebut. Namun dengan kendala masih mahalnya panel surya sebagai alat konversi energi matahari menjadi listrik yang masih mahal maka penggunaan keping DVD bekas diharapkan bisa menjadi solusi alternatif pengganti panel surya. Penulisan ilmiah ini dilakukan dengan cara membuktikan secara langsung yaitu dengan metode eksperimen yang berdasarkan kajian pada studi pustaka, praktik langsung dan berbasis produk. Dari kajian studi pustaka diketahui bahwa keping DVD bekas mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi pengganti fungsi panel surya. Tidak hanya itu, untuk memperkuat penelitian ini kami juga melakukan ekperimen guna mengetahui kebenaran mengenai keping DVD bekas yang akan dijadikan menjadi prototype yang difungsikan hampir sama dengan panel surya. Berdasarkan hasil penelitian, kami membuktikan bahwa keping DVD bekas masih mempunyai manfaat yang besar jika dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Selain itu kami juga memperoleh gambaran bahwa menggunakan keping DVD bekas, perangkat panel surya menjadi lebih ekonomis dan dapat dikembangkan lagi mengingat energi yang dihasilkan kepingan DVD ini masih dapat menghasilkan energi listrik yang lebih besar lagi.

This study aimed to analyze and describe the development of science learning characterized by Islam for students of Islamic elementary schools in the era of the fourth industrial revolution. The existence of technological developments today leads to changes in social development. This certainly also has an impact on the character development of children, especially those at the elementary school or Islamic elementary school level. Science learning is one of learning in Islamic elementary schools, which is not only required to follow the development of these technologies but also cannot be separated from the Islamic character as a characteristic of madrasah. The research method used was literacy studies by collecting existing data from journal studies, books and other sources relevant to the problem. From the results of the study, it was found that science learning at the level of Islamic elementary schools must be in Islamic character and should follow the development of the present and existing technology. It is suggested to improve the curriculum and the science teachers’ ways of teaching based on the current technology.

This study develops an inquiry-based practicum module which integrates Islamic values to increase students’ independent learning for basic physics. The main goal is that the developed module will be valid and interesting. Research and development using the ADDIE model (Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation) is the type of this study. While the instruments were a validation questionnaire and a student-attractiveness-response questionnaire. The questionnaires were intended for the product. The basic-physics-practicum module was validated by three experts who are a material expert with a final score (average score) of 3.8, a religious expert of 3.9, and a media expert of 3.5. The three validation results are included in the "Valid" criteria. About the response test, there were two tests, which are the small group test with an average acquisition of 3.27 and the field group test 3.30. The two response-test results are included in the "Very Interesting" criteria. Based on these results, it can be concluded that the product of the basic-physics-practicum module is valid and interesting so that it can be used for learning basic-physics practicum.

Field trip activities are often considered additional activities and are considered recreational activities rather than ones that teach science effectively to students. Field trip activities are one form of effective experience-based learning to train pre-service teachers in the outdoor environment. This study attempted to describe the design of outdoor science learning in the form of the field trip for pre-service science teachers (PSTs) and the condition of psychosocial learning environments in outdoor activities. This research is a case study carried out in a pre-service science teacher training program at Institut Agama Islam Negeri Kudus, Indonesia. The field trip was designed with field visits on six objects for three days in Bandung, West Java, Indonesia. The field trip activity was attended by 70 PSTs. Qualitative data is captured through the documentation of activities at each outdoor learning location. Quantitative data collection instruments included seven psychosocial scales, namely (1) Environmental Interaction; (2) Integration; (3) Students cohesiveness; (4) Teacher supportiveness; (5) Open-endedness; (6) Preparation and organization; (7) Material environment. The field trip design for PSTs recommends activities that lead to observation and exploration of visiting objects relating not only to the content of the science but also to the pedagogical aspects of the science. The psychosocial aspects of PSTs indicate that field trip activities show a positive meaning in all aspects, although there are significant differences in the conditions of expectations and reality experienced by PSTs. The integration aspect is not significantly different. The decline in perception is still at the medium level, and the condition of the perception is still at a positive level. Research and development studies that emphasize the process of integrating classroom learning with outdoor activities can be carried out further to be able to give meaning to science learning, which is not limited by classrooms or laboratories.

As an effort to assist in improving the quality of education, mathematics is taught to students in formal educational institutions from the basic level of education. However, many students do not like mathematics and consider it the most difficult subject. To address this, teachers can apply ethnomathematics learning to learning activities. One of the cultures that can be used is the meron tradition. The meron tradition is one of the traditions of Islamic ritual ceremonies in Sukolilo which is intended as an event to commemorate the birthday of the Prophet Muhammad. The purpose of this study is to examine the existence of ethnomathematics in the meron tradition in Sukolilo, on the topic of geometry in learning mathematics. This research was conducted using qualitative research with an ethnographic approach. The research data collection techniques about the meron tradition, using interview techniques, and documentation with research instruments include interview guidelines and field notes. Interviews were conducted with five residents of Sukolilo. Data analysis used descriptive qualitative method. The results showed that the concept of ethnomathematics in the meron tradition can be seen in each part of the meron. In the mustaka section there is a wreath in the form of a flat circular shape and in the miniature form of the mosque there is a rectangular shape of a cube and pyramid, the gunungan section has a cone shape, the ancak section has two flat shapes, namely a rectangle and a trapezoid.

Penelitian ini dilatarbelakangi karena rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan penelitian dengan model Problem-Based Learning (PBL) berbantuan video dalam liveworksheets. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuasi dengan desain penelitian pretest-posttest control group design. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari kelas X TKR 1 - X TKR 3 pada salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kudus. Pemilihan sampel menggunakan teknik cluster random sampling didapatkan kelas X TKR 2 sebagai kelas eksperimen dan X TKR 3 sebagai kelas kontrol. Hasil pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen yang dimulai dengan pemberian masalah menunjukkan adanya peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis. Selain itu uji N gain menunjukkan peningkatan skor kelas eksperimen sebesar 63%, sedang kelas kontrol sebesar 49%. Berdasarkan pelaksanaan dan hasil analisis maka dapat disimpulkan model problem-based learning berbantuan video dalam liveworksheets efektif dengan kategori sedang.Temuan ini mengindikasikan bahwa model PBL berbantuan video dalam liveworksheets dapat dijadikan alternatif model pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. This research is motivated by the low ability of students to solve problems in learning mathematics. Therefore, to overcome this problem, research was carried out using a video-assisted Problem-Based Learning (PBL) model in live worksheets. This study uses a quasi-experimental method with a pretest-posttest control group design. The population in this study consisted of class X TKR 1 - X TKR 3 at one of the Vocational High Schools in Kudus. The sample selection using cluster random sampling technique obtained class X TKR 2 as the experimental class and X TKR 3 as the control class. The results of the implementation of the experimental class learning which began with giving problems showed an increase in mathematical problem-solving abilities. In addition, the N-gain test showed an increase in the score of the experimental class by 63% while the control class was 49%. Based on the results of the implementation and analysis, it can be concluded that the video-assisted problem-based learning model on student worksheets is effective in the medium category. These findings indicate that the video-assisted PBL model in live worksheets can be used as an alternative learning model to develop students' mathematical problem-solving abilities.

Consumption of synthetic plastic made the level of plastic waste in the world become massive problem in environment. Biopolymer is an alternative which produced from renewable material with an abundant amount in the world. This study aimed to produce bioplastic materials based on chitosan and bentonite, with addition of urea. The method in this research consisted of bentonite preparation, synthesis bioplastics and characterization. Characterization in this research include FTIR, XRD, mechanical strength, and biodegradation. The result in this research showed that the addition of bentonite increased tensile strength of bioplastic. The more bentonite added in the bioplastic system, the higher tensile strength value. The addition of 0,1; 0,5; and 1 g bentonite made the tensile strength of bioplastic increased become 4.17; 4,28; and 4.90 MPa. Whereas the addition of 2 g bentonite decreased the tensile strength of bioplastic become 2.69 MPa, as the structure which formed in bioplastic was exfoliation which was strengthen from XRD pattern. Biodegradation test showed that bioplastic contained of 2 g bentonite has the fastest time to perfectly lose in the soil which only 12 days.

Santri pada dasarnya mempelajari agama secara mendalam dan kurang menyukai pembelajaran IPA karena adanya dikotomi antara ilmu umum dan ilmu agama, padahal semua ilmu itu bersumber dari Al-Quran. Ada lebih dari 800 ayat kauniyyah Al-Quran namun pembahasan tentang itu kurang diminati. Penelitian ini bertujuan mendesain pembelajaran IPA terintegrasi Al-Quran dan nilai-nilai pesantren serta bagaimana implementasinya. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi pustaka (library research) untuk menganalisis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar IPA Terpadu yang ada di SMP/MTs Kelas VII, ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi ayat kauniyah serta nilai-nilai pesantren. Hasil menunjukkan semua Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar memiliki potensi pengintegrasian pembelajaran IPA dengan Al-Quran dan nilai-nilai pesantren. Hal ini dapat dijadikan sebagai kerangka awal islamisasi sains dalam bidang pendidikan.AbstractSantri basically studied religion deeply and did not like science learning because of the dichotomy between general science and religious sciences, even though all the knowledge came from the Quran. There are more than 800 verses of the Kauniyyah of the Quran, but the discussion about them is of little interest. This study aims to design integrated Quran science learning and Pesantren values and how they are implemented. This study uses a qualitative approach with the type of library research to analyze the Core Competencies and Basic Competencies of Integrated Science in VII Class SMP / MTs, verses of the Quran which contain verses of kauniyah and the values of pesantren. The results show that all Core Competencies and Basic Competencies have the potential to integrate science learning with the Quran and pesantren values. This can be used as an initial framework for the Islamization of science in the field of education.

This study aims to study and describe the role of school principals in improving education management in MI NU Raudlatut Tholibin Japanpakis Jati Kudus. The research method used in this study is descriptive qualitative research using observation techniques and also interviews with the principal of the research location. The results obtained explained that the principal had made various efforts and had improved to support the management of education in MI NU Raudlatut Tholibin. Efforts made related to the important role in terms of leadership and management of madrasas both for teachers, students, facilities and other school supporters. The conclusion in this study is that the role of the principal is very important in improving education management and the role of the principal must be carried out in the role of educators, managers, administrators, supervisors, leaders, innovators and motivators.

Besi merupakan salah satu logam yang paling banyak dijumpai di dalam kerak bumi. Dengan besi manusia dapat membina kekuatan bangsa dan negaranya, karena dari besi dibuat segala alat perlengkapan pertahanan dan keamanan negeri. Salahsatu penerapannya adalah benteng besipada masa Iskandar Zulkarnain. Pendirian benteng besi Iskandar Zulkarnain terdapat dalam al-Qur’an surah al-Kahfi ayat 96-98. Benteng besi Iskandar Zulkarnain merupakan benteng yang terbuat dari peleburan besi dan campuran tembaga. Di dalamnya terdapat reaksi-reaksi kimia yaitu reaksi redoks dan elektrokimia.Penelitian ini bertujuanuntuk mendeskripsikan konsep dan gambaran umum integrasi reaksi kimia terhadap kekuatan dan kisah pendirian benteng besi Iskandar Zulkarnain dalam al-Qur’an dan untuk menjelaskan reaksi redoks dan elektrokimia pada benteng besi Iskandar Zulkarnain. Metode yang digunakan adalah metode penelitiankepustakaan yang berkaitan dengan reaksi yang terdapat pada benteng besi Iskandar Zulkarnain dan nilai-nilai keislaman dalam ayat-ayat al-Qur’an. Hasil penelitian adalah penyampaian pada pendirian benteng besi Iskandar Zulkarnain yang memuat nilai-nilai keislaman serta reaksi redoks dan elektrokimia. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendirian benteng besi tercantum dalam surat al-Kahfi ayat 96-98 serta di dalamnya terdapat reaksi redoks dan elektrokimia karena besi bersifat mudah mengalami korosi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) faktor faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar pada siswa SMP; (2) menganalisis kaitan kesulitan belajar terhadap nilai ujian nasional. Analisis data dilakukan secara deskriptif, data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data hasil belajar siswa dan hasil pengisian angket. Hasil dari analisis tersebut didapatkan faktor faktor penyebab kesulitan belajar IPA siswa SMP di Kota Semarang meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor kesulitan belajar dari faktor internal siswa berupa aspek bakat, minat, motivasi dan intelegensi. Sedangkan faktor eksternal siswa berupa fasilitas sekolah, guru, sarana prasarana dan aktivitas siswa. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa adanya faktor kesulitan belajar IPA di sekolah berkaitan terhadap hasil nilai ujian nasional. Besarnya presentase serapan materi IPA pada ujian nasional juga sebanding dengan besarnya angka presentase kesulitan belajar yang dialami oleh sekolah tersebut.

Manajemen merupakan induk dari sebuah kegiatan yang mempunyai definisi yang bervariasi, dalam mengemukakan manajemen sebagai mengelola orang-orang, mengambil keputusan, proses mengorganisasi dan memakai sumber-sumber untuk menyelesaikan tujuan yang sudah ditentukan. Manajemen yang baik ialah manajemen yang tidak jauh menyimpang dari konsep, dan yang sesuai dengan obyek yang ditanganinya serta tempat organisasi itu berada. Sebagai bagian dari suatu ilmu, seharusnya manajemen itu tidak boleh menyimpang dari konsep manajemen yang sudah ada. Namun variasi bisa terjadi akibat kreasi dan inovasi para manajer.Variasi ini berkaitan dengan obyek yang ditangani dan tempat organisasi itu.Artinya setiap obyek membutuhkan cara tersendiri untuk menanganinya, begitu pula masing-masing tempat organisasi memiliki situasi dan kondisi yang berbeda yang membutuhkan penyesuaian pula bagi manajemen pada organisasi itu. Itulah sebabnya variasi-variasi seperti itu wajar ada dan bisa diterima

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan jenis jenis kesulitan belajar fisika pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Semarang. Sampel penelitian dalam penelitian ini yaitu siswa SMP kelas VIII di Kota Semarang yang ditentukan secara cluster sampling menurut peringkat sekolah dilihat dari hasil nilai ujian nasional. Analisis data dilakukan secara deskriptif, data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data hasil belajar siswa pada materi cahaya kelas VIII.Hasil dari analisis hasil belajar siswa tersebut didapatkan kesulitan belajar fisika siswa SMP di Kota Semarang secara umum meliputi indikator kesulitan belajar berhitung 41,48 %, kesulitan pemahaman konsep 42,3 % serta kesulitan mengartikan lambang dan mengkoversi satuan 37,89 %.Adanya deskripsi kesulitan belajar ini dapat dijadikan acuan oleh penulis lain untuk dapat mengurangi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dengan penerapan model dan metode pembelajaran yang lebih efektif dan sesuai.